Bisnis.com, JAKARTA — Strategi diversifikasi portofolio ke saham-saham berbasis energi dan logam mulia dinilai menjadi langkah relevan di tengah konflik Israel-Iran yang memicu lonjakan harga minyak dan emas dunia.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan bahwa eskalasi geopolitik di Timur Tengah telah menjadi pendorong utama pergerakan harga minyak mentah dan emas global dalam beberapa waktu terakhir.
Meski sebagian sentimen sudah mulai diantisipasi pasar, potensi kenaikan harga komoditas energi dan logam mulia masih terbuka khususnya jika terjadi eskalasi lebih lanjut dan konflik berdampak pada jalur distribusi minyak dunia di Selat Hormuz.
“Kami menilai risiko geopolitik semacam ini tetap berpotensi memicu lonjakan harga yang lebih tinggi lagi ke depannya,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (16/6/2025).
Sementara itu, terkait dengan logam mulia, Miftahul menyatakan tren penguatan harga emas juga didorong oleh faktor lain seperti inflasi, arah suku bunga, ketegangan geopolitik, hingga ketidakpastian akibat perang tarif global.
Untuk menghadapi kondisi pasar saat ini, strategi diversifikasi ke sektor saham berbasis energi dan logam mulia bisa menjadi pertimbangan menarik untuk investor.
Menurut Miftahul, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) dan PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) diuntungkan secara fundamental dari kenaikan harga minyak.
Sementara dari sektor tambang, saham seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB), dan PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) juga disebut memiliki eksposur kuat terhadap tren penguatan harga emas.
Miftahul memandang bahwa saham ARCI yang melonjak baru-baru ini memperlihatkan antusiasme pasar terhadap emiten tambang emas. Untuk itu, Kiwoom mempertahankan peringkat tahan untuk ARCI, ANTM, dan PSAB.
“Jadi secara keseluruhan, kami melihat sektor migas dan emas masih menyimpan peluang, tetapi tentunya tetap perlu dicermati secara selektif terutama dari sisi fundamental dan sentimen jangka pendek,” ungkapnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.