Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas turun lebih dari 1% seiring dengan aksi ambil untung oleh investor setelah harga menyentuh level tertinggi delapan pekan. Pasar tengah mencermati perkembangan konflik Israel-Iran serta rapat kebijakan moneter Federal Reserve pekan ini.
Melansir Reuters pada Selasa (17/6/2025), harga emas di pasar spot tercatat turun 1,37% ke level US$3.385,23 per troy ounce setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 22 April. Pada Jumat pekan lalu, harga emas sempat naik lebih dari 1%. Sementara itu, harga emas berjangka AS melemah 1,03% di posisi US$3.417,30 per troy ounce.
“Perlu diingat bahwa harga emas telah menguat dalam beberapa sesi terakhir, terutama dipicu oleh meningkatnya konflik antara Israel dan Iran. Hari ini kita melihat koreksi, kemungkinan besar karena aksi ambil untung setelah kenaikan sebelumnya,” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Ketegangan geopolitik terus berlanjut setelah Iran mendesak Presiden AS Donald Trump untuk memaksa Israel menghentikan serangan udara sebagai satu-satunya jalan menuju gencatan senjata. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan negaranya tengah berada di jalur menuju kemenangan.
Di sisi lain, para pemimpin negara-negara G7 memulai pertemuan tahunan di Kanada. Sementara itu, indeks berjangka saham AS menguat, dan dolar melemah tipis dalam perdagangan yang cenderung fluktuatif.
Fokus investor juga tertuju pada rapat kebijakan dua hari Federal Reserve, yang dijadwalkan berakhir pada Rabu (18/6/2025) waktu setempat. Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya tetap di level saat ini.
Baca Juga
“Dengan tingginya ketidakpastian di perekonomian—mulai dari tarif perdagangan hingga ketegangan geopolitik—Fed tampaknya memilih menahan suku bunga. Jadi, bukan hal mengejutkan jika keputusan pemangkasan suku bunga kembali ditunda,” ujar Meger.
Adapun, emas sering dianggap sebagai aset lindung nilai saat terjadi ketidakstabilan geopolitik dan lonjakan inflasi. Selain itu, logam mulia ini juga cenderung mendapat dukungan di lingkungan suku bunga rendah, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil seperti aset berbunga lainnya.