Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Menghijau Dipicu Rilis Data Ekonomi AS

Penguatan bursa AS ditopang oleh rilis data indeks harga produsen AS serta klaim pengangguran yang menunjukkan adanya pelemahan pasar tenaga kerja.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat mengakhiri perdagangan Kamis (12/6/2025) di zona hijau, seiring sinyal pelemahan inflasi dan data ketenagakerjaan yang mendorong harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed, meski tensi geopolitik di Timur Tengah kembali meningkat.

Mengutip Reuters, Jumat (13/6/2025), indeks S&P 500 menguat 23,19 poin atau 0,39% ke posisi 6.045,43. Nasdaq Composite naik 46,28 poin atau 0,24% ke 19.662,16, sementara Dow Jones Industrial Average bertambah 103,16 poin atau 0,24% dan ditutup di 42.968,93.

Penguatan di Wall Street ditopang oleh rilis data harga produsen AS yang lebih rendah dari ekspektasi serta klaim awal tunjangan pengangguran yang menunjukkan adanya pelemahan pasar tenaga kerja. Kombinasi ini meredakan kekhawatiran pasar terhadap tekanan inflasi akibat tarif impor dan memperkuat spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.

Berdasarkan alat pemantau FedWatch milik CME Group, probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September kini mencapai 60%.

Kendati demikian, The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan pekan depan.

Sementara investor menantikan kemungkinan terobosan dalam negosiasi perdagangan yang tengah dijajaki Presiden Donald Trump dengan sejumlah negara, indeks S&P 500 kini hanya terpaut sekitar 2% dari rekor tertinggi yang tercetak pada Februari lalu.

Goldman Sachs turut merevisi turun proyeksi risiko resesi AS menjadi 30% dari sebelumnya 35%, menyusul menurunnya ketidakpastian terhadap arah kebijakan tarif Trump.

Namun, ketegangan geopolitik kembali membayangi pasar global. Presiden Trump menyampaikan pada Rabu bahwa personel militer AS mulai ditarik dari kawasan Timur Tengah yang disebutnya “berpotensi berbahaya”.

Ia menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklir. Pertemuan pejabat tinggi dari kedua negara dijadwalkan berlangsung di Oman pada Minggu mendatang, dalam rangkaian putaran keenam perundingan nuklir.

Di sisi korporasi, saham Oracle melonjak ke level tertinggi sepanjang sejarah usai perusahaan penyedia layanan cloud itu merevisi naik proyeksi pertumbuhan pendapatan tahunannya. Lonjakan ini didorong oleh permintaan yang terus meningkat terhadap solusi berbasis kecerdasan buatan (AI).

Kepala Strategi Pasar B. Riley Wealth Art Hogan mengatakan Oracle kini menjadi bagian penting dari tren belanja modal AI, mencerminkan kebutuhan yang terus bertumbuh untuk infrastruktur komputasi yang menopang revolusi AI.

“Dengan arah angin yang terus berpihak pada sektor AI, pemain besar seperti Microsoft dan Nvidia tentu akan turut memetik keuntungan,” tambahnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper