Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BEI Kasih Tips Investasi di Pasar Modal, Buat Mereka yang Baru Ngerti Saham

Milenial berstatus karyawan swasta, guru maupun PNS mendominasi demografi investor individu di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/10/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/10/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan generasi milenial mendominasi demografi investor individu di pasar modal.

Kepala Divisi Pengembangan Pasar BEI Dedy Priadi memaparkan per Agustus 2022 investor individu di bawah usia 30 tahun mencapai 59,22 persen dengan aset senilai Rp54,78 triliun.

“Milenial masih mendominasi investor individu pasar modal Indonesia,” ujar Dedy dalam acara Edukasi Wartawan, Jumat (7/10/2022).

Selanjutnya, usia 31—40 tahun sebesar 22,14 persen dengan aset Rp99,85 triliun, kelompok usia 41—50 tahun sebesar 10,70 persen beraset Rp162,80 triliun, usia 51—60 tahun 5,17 persen dengan aset Rp241,84 triliun, dan sisanya di atas 60 tahun sebesar 2,77 persen dengan aset Rp579,35 triliun.

Dari jenis pekerjaan, kelompok pegawai atau karyawan swasta, guru, dan PNS masih dominan mencapai 32,55 persen, selanjutnya pelajar 27,64 persen, pekerjaan lainnya 19,45 persen, pengusaha 14,02 persen, dan ibu rumah tangga sebesar 6,34 persen.

Sementara itu dari sisi penghasilan per tahun, sebanyak 49,17 persen didominasi oleh masyarakat dengan penghasilan di kisaran Rp10—Rp100 juta, 38,19 persen penghasilan di bawah Rp10 juta, 10,39 persen penghasilan antara Rp100—Rp500 juta, 1,40 persen penghasilan Rp500 juta—Rp1 miliar, dan sisanya 0,84 persen untuk penghasilan di atas Rp1 miliar.

Laki-laki mendominasi investor individu sebesar 62,86 persen, sedangkan sisanya perempuan sebanyak 37,14 persen. Dedy menambahkan, per September 2022 jumlah investor BEI sudah naik sekitar 30 persen dari tahun lalu.

Dalam pemaparannya, Dedy menyampaikan sejumlah alat bantu dalam memitigasi risiko investasi, di antaranya notasi khusus, trading halt, market/stock suspension, daftar saham dalam pemantauan khusus, UMA, hingga ARA dan ARB.

“Investasi itu tidak instan, orientasinya jangka panjang dan effortnya perlu dilakukan secara berkala dan rutin,” imbuhnya.

Lebih lanjut, investor juga perlu melakukan langkah antisipasi, seperti membagi portofolio investasi jangka pendek maupun jangka panjang, serta memantau portofolio secara berkala dan siap mengambil keputusan berdasarkan situasi.

Adapun beberapa kesalahan yang umum dilakukan investor pemula yang harus dihindari yaitu melakukan investasi dengan dana utang, fear of missing out (FOMO), panik atau kalap terhadap fluktuasi, tidak memiliki trading/investing plan, tidak melakukan diversifikasi, dan menelan rekomendasi mentah-mentah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper