Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas naik tajam pada akhir perdagangan Selasa pagi WIB, karena dolar AS yang mundur dari level tertinggi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, melonjak 1,79 persen menjadi US$1.702,00 per ounce.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,33 persen menjadi 111,7460, terutama karena melonjaknya sterling setelah Inggris membatalkan rencana untuk memotong tingkat pajak penghasilan tertinggi.
Emas menemukan dukungan tambahan setelah Institute for Supply Management (ISM) melaporkan pada Senin (3/10/2022) bahwa indeks aktivitas manufaktur AS turun menjadi 50,9 pada September dari 52,8 pada Agustus, level terendah sejak Mei 2020, ketika ekonomi terhenti di tengah gelombang pertama krisis pandemi COVID-19.
Departemen Perdagangan AS melaporkan pada hari yang sama bahwa pengeluaran konstruksi AS turun 0,7 persen ke tingkat tahunan US$1.781 triliun pada Agustus setelah turun 0,6 persen ke tingkat revisi US$1.794 triliun dolar pada Juli, lebih lanjut mendukung emas.
Sementara itu, Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur AS S&P Global direvisi lebih tinggi menjadi 52 pada September 2022 dari awal 51,8 dan di atas 51,5 pada Agustus, agak membatasi pertumbuhan emas.
Baca Juga
Dikutip dari Antara, kekhawatiran bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral utama dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, ditambah dengan krisis keuangan yang sedang terjadi di Eropa dan Inggris juga telah mengundang beberapa pembelian safe haven ke emas.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 1,55 dolar AS atau 8,14 persen, menjadi ditutup pada 20,589 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari meningkat 41 dolar AS atau 4,77 persen, menjadi ditutup pada 900,1 dolar AS per ounce.