Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Jatuh 3 Hari Beruntun, Suku Bunga Jumbo The Fed Guncang Pasar

Ketiga indeks acuan menandai penurunan selama tiga hari berturut-turut untuk pasar saham AS.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York parkir di zona merah pada penutupan perdagangan Kamis (22/9/2022) waktu setempat setelah pengumuman kebijakan terbaru Federal Reserve dan pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell membuat pasar bergejolak.

Berdasarkan data Bloomberg, pada Jumat (23/9/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup ambles 0,35 persen atau 107,10 ke 30.076,68, S&P 500 merosot 0,84 persen atau 31,94 poin ke 3.757,99, dan Nasdaq tergelincir 1,37 persen atau 153,39 poin ke 11.006,81.

Ketiga indeks acuan ini menandai penurunan selama tiga hari berturut-turut untuk pasar saham AS. Di tempat lain dalam pergerakan besar setelah keputusan The Fed, obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun yang sensitif terhadap suku bunga bertahan di dekat 4,1 persen, tertinggi sejak 2007, sedangkan pada tenor 10 tahun tetap mendekati 3,5 persen, level tertinggi sejak 2011.

Pada Rabu, pejabat bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya berturut-turut, membawa tingkat suku bunga acuan ke kisaran baru 3,0 persen hingga 3,25 persen dari kisaran sebelumnya antara 2,25 persen dan 2,5 persen.

Para pembuat kebijakan juga berharap untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi dari sebelumnya dan mempertahankan tingkat itu, memproyeksikan suku bunga The Fed naik menjadi 4,4 persen pada akhir tahun ini dan 4,6 persen pada akhir 2023. Posisi itu naik dari 3,4 persen untuk tahun ini dan 3,8 persen sebelumnya.

Langkah The Fed diikuti oleh sejumlah bank sentral di seluruh dunia pada Kamis. Bank of England menaikkan suku bunga utamanya sebesar 50 basis poin, dan Bank Nasional Swiss naik sebesar 75 basis poin. Pengamat pasar juga memperkirakan Bank Sentral Eropa akan menaikkan suku bunga ketika bertemu bulan depan.

“Dengan proyeksi suku bunga baru, The Fed sedang merancang hard landing, sementara kebijakan soft landing hampir tidak mungkin. Pengakuan Powell bahwa akan ada pertumbuhan di bawah tren untuk suatu periode harus diterjemahkan ketika bank sentral berbicara mengenai resesi,” kata Kepala Strategi Global Investor Global Seema Shah, mengutip Yahoo Finance. 

Poin data ekonomi tertentu mencerminkan kampanye The Fed. Suku bunga hipotek terus naik, hampir mencapai 6,3 persen pada pinjaman tetap 30 tahun dan tetap di level tertinggi sejak 2008.

Di pasar tenaga kerja AS, klaim pengangguran awal naik tipis menjadi 213.000 dalam pekan yang berakhir 17 September dari revisi turun 208.000 pada minggu sebelumnya, terendah sejak Mei 2022. Ekonom sebelumnya memprediksi 217.000 klaim, menurut perkiraan konsensus yang disusun oleh Bloomberg.

Sebagai catatakan, anjloknya S&P pada perdagangan Rabu menandai penurunan indeks ke-29 untuk tahun ini antara 1 persen dan 2 persen, terbesar sejak 2008, suatu periode dengan 34 pelemahan seperti itu, menurut data dari Compound Advisors. Namun S&P dapat mengindar dari penurunan ke-30 dengan persentase di atas 1 persen pada perdagangan Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper