Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah diprediksi menghadapi pasar yang bergejolak seiring penguatan dolar AS menjelang rapat Bank Sentral Federal Reserve pekan ini.
Kemarin (19/9/2022), mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 23 poin atau 0,15 persen ke Rp14.977,5 per dolar AS. Pada 15.00 WIB, indeks dolar AS menguat 0,24 persen ke 110,04.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang memprediksi mata uang Garuda hari ini akan bergerak di rentang Rp14.940 -Rp15.000 per dolar AS.
Semepntara itu, Macro Equity Strategis Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, penguatan indeks dolar AS dipicu kekhawatiran pasar bahwa The Fed akan memperpanjang siklus kenaikan suku bunga ke semester I/2023, dengan titik puncaknya di 4,75 persen.
“Pasar masih memperkirakan bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga 100 basis poin [bps] bulan ini sangat kecil, probabilitasnya hanya 20 persen menurut Fedwatch CME Group, dan suku bunga The Fed akan mencapai 4,5 persen pada akhir 2022,” tulisnya dalam riset, dikutip Selasa (19/9/2022).
Namun, kemungkinan The Fed memperpanjang kenaikan suku bunga hingga semester I/2023 tidak boleh diabaikan. Menurut Fedwatch, kemungkinan kenaikan kenaikan 25 bps antara Februari dan Juni 2023 menjadi 4,75 persen berkisar di 23-31 persen.
Baca Juga
Setelah itu, The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada November atau Desember 2023.
“Dengan skenario ini, kami memperkirakan Bank Indonesia perlu menaikkan suku bunga menjadi 5,75 persen untuk menjaga spread suku bunga Indonesia-AS di 100 bps. Namun, ada kemungkinan bahwa BI akan mempertahankan sikap pro-pertumbuhannya tahun depan dengan menjaga kenaikan suku bunga selambat mungkin, 25 bps per bulan,” papar Lionel.
Dengan asumsi BI masih bersedia mempertahankan spread suku bunga Indonesia-AS pada 100 bps, Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan BI 7-day reverse repo rate akan mencapai 5,75 persen pada April 2023.
Dengan skenario ini, diperkirakan rupiah akan menghadapi periode yang cukup bergejolak, mulai dari minggu terakhir bulan ini hingga awal kuartal II/2023.
Mengutip Bloomberg, Selasa (20/9/2022), imbal hasil obligasi AS melayang di dekat 3,5 persen sementara tingkat dua tahun yang lebih sensitif terhadap kebijakan mencapai level tertinggi sejak 2007.
Lonjakan yield obligasi AS terjadi di tengah kekhawatiran bahwa pengetatan pengaturan moneter yang berlebihan meningkatkan kemungkinan hard landing. Adapun dolar melemah sedikit pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat.
Rupiah berakhir melemah 0,04 persen atau 6 poin ke ROp14.983,50 per dolar AS.
Adapun indeks dolar AS menguat 0,05 persen atau 0,06 poin ke 109,81.
Rupiah kembali melemah 0,02 persen atau 3 poin ke Rp14.980,50 per dolar AS pada 13.55 WIB.
Adapun indeks dolar AS melemah 0,17 persen atau 0,19 poin ke 109,55.
Rupiah menguat tipis 0,01 persen atau 2 poin ke Rp14.975,50 per dolar AS pada 11.50 WIB.
Adapun indeks dolar AS melemah 0,07 persen atau 0,08 poin ke 109,66.
Rupiah berbalik menguat 0,03 persen ataui 4,5 poin ke Rp14.973 per dolar AS pada 11.05 WIB.
Adapun indeks dolar AS terpantau melemah 0,13 persen atau 0,14 poin ke 109,59.
Rupiah dibuka melemah tipis 0,01 persen atau 1,50 poin ke Rp14.979 per dolar AS pada awal perdagangan.
Adapun indeks dolar AS terpantau melemah 0,09 persen atau 0,10 poin ke 109,63.