Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan pasar aset kripto dalam sepekan terakhir melaju tinggi. Banyak analis yang tidak memprediksi kenaikan harga kripto di tengah situasi The Fed yang menaikkan suku bunga acuan dan ekonomi AS yang masuk masa resesi.
Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap berhasil merangkak ke zona hijau dalam sepekan. Misalnya saja, Bitcoin naik 5,23 persen dalam sepekan terakhir dan mendarat di US$23.723, seperti terpantau dari situs CoinMarketCap pada 09.00 WIB, Minggu (31/7/2022).
Sementara itu, nilai Ethereum (ETH) terbang 9,16 persen dan nyaman di US$1.704 dalam sepekan. Altcoin tak kalah ganas, nilai Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE) melesat lebih dari 8 persen dan 2,5 persen dalam sepekan.
Mengutip Bloomberg, Minggu (31/7/2022), Bitcoin menuju bulan terbaik mereka sejak 2021 di tengah kebangkitan selera risiko di pasar global dan optimisme tentang peningkatan jaringan Ethereum. Bitcoin naik 28 persen pada Juli dan Ethereum melejit 70 persen.
Tanda-tanda perlambatan ekonomi AS yang berkembang membuat beberapa investor berpandangan bahwa Federal Reserve akan selesai menaikkan suku bunga pada akhir tahun dan bahkan mungkin fokus memotong biaya pinjaman pada 2023. Hal itu pada gilirannya akan menciptakan latar belakang yang lebih menguntungkan untuk aset spekulatif. seperti kripto, yang sempat anjlok signifikan tahun ini.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengatakan tidak hanya market kripto saja yang menampilkan performa apik. Saham pun mengalami kenaikan tertinggi beberapa hari terakhir. Ini dikarenakan market melihat pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang kemungkinan akan mengerem kenaikan suku bunga acuan selepas September mendatang.
"Investor percaya bahwa The Fed akan memegang janjinya setelah melihat pertumbuhan ekonomi tahunan AS yang masih buruk turun 0,9 persen pada kuartal II/2022. Mereka yakin, The Fed tidak akan lagi mengerek bunganya dengan agresif demi mencegah ekonomi AS dari jurang resesi yang semakin dalam," kata Afid dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (31/7/2022).
Afid melihat meski ekonomi AS tampaknya menuju resesi, tetapi sulit untuk memprediksi bagaimana kinerja market kripto dalam beberapa minggu ke depan. Menurut dia, kali ini terjadi anomali pergerakan market kripto. Biasanya pasar akan tertekan, ketika ada pengumuman penting seperti kenaikan suku bunga acuan The Fed dan kinerja buruk ekonomi AS.
"Selera investor tampak meningkat setelah kabar buruk soal makroekonomi yang telah banyak diprediksi sebelumnya oleh para analis. Namun, kripto perlu menanti lebih lama lagi untuk mengalami bull run. Dengan kata lain, tunggulah kebijakan suku bunga rendah berikutnya, jikalau memang resesi terjadi atau ketika kelak inflasi di AS sesuai sasaran The Fed, yakni 2 persen," ungkapnya.
Dari sisi analisis teknikal, investor sepertinya sedang rajin membawa harga Bitcoin menembus level US$24.000. Pasalnya, jika harga BTC menembus level tersebut, maka ada kemungkinan akan terus melaju setidaknya hingga titik US$25.254.
"Terlebih, sinyal-sinyal bullish juga terlihat di pasar derivatif Bitcoin. Data terakhir di pasar opsi BTC menunjukkan open interest investor di level US$25.000. Ini merupakan indikasi bahwa investor berharap harga BTC bisa menyentuh tingkatan tersebut atau bahkan lebih tinggi dalam waktu dekat," terang Afid.