Bisnis.com, JAKARTA — Harga bitcoin dan sejumlah aset pasar kripto kembali mengalami penurunan pekan ini.
Mengutip data CoinMarketCap, pada Rabu (13/7/2022) 10.00 WIB, harga bitcoin jatuh 2,23 persen dalam 24 jam terakhir ke level US$19.514.
Sejumlah aset kripto altcoin lainnya seperti ethereum (ETH) dan binance (BNB) juga turun masing-masing 3,26 persen dan 0,89 persen.
Melansir Bloomberg, penurunan bitcoin dan aset kripto ini terjadi karena investor kembali menghindar dari risiko atau risk aversion di pasar global.
Meski sempat reli mencapai US$22.472, akhir pekan lalu bitcoin turun 5,6 persen ke posisi US$19.275.
Chief Investment Strategist Nuveen Brian Nick mengatakan, turunnya harga aset kripto dan pertumbuhan yang cenderung melemah tidaklah mengherankan.
Baca Juga
“Itu tidak mengejutkan [karena] ada banyak volatilitas,” pungkas Nick kepada Bloomberg, dikutip Rabu (13/7/2022).
Sementara itu, mengutip Coindesk, beberapa analis percaya penurunan bitcoin di bawah US$20.000 menunjukkan tingkat harga tidak lagi kritis.
"Pergerakan di bawah support US$17.500-US$18.500 dapat mempercepat aksi jual, sementara penembusan US$19.500 mungkin juga menandakan pelemahan lebih lanjut yang akan datang," kata analis pasar senior Oanda Craig Erlam.
Penurunan harga bitcoin juga disebabkan imbas saham AS yang merosot jelang laporan inflasi Juni 2022.
Namun demikian, para pecinta kripto sebagian tetap melakukan hold atau menahan asetnya.
Strahinja Savic dari FRNT Financial menunjukkan data on-chain bahwa investor tidak terpengaruh dinamika pasar yang terjadi baru-baru ini. Persentase bitcoin yang tidak bergerak selama lebih dari satu tahun mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah, yaitu sebesar 66 persen.
Sementara itu, Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, pasar kripto di awal pekan ini anjlok salah satunya disebabkan data ketenagakerjaan AS terbaru.
Dia melihat banyak investor yang buru-buru menjual aset dan melakukan aksi ambil untung setelah aset kripto sempat reli akhir pekan lalu.
“Investor menjadi ragu-ragu kembali melakukan aksi beli, setelah melihat data ketenagakerjaan AS terbaru, di mana tingkat pengangguran bulan Juni sebesar 3,6 persen, tidak berubah dari Mei lalu dan sesuai dengan perkiraan,” ujar Afid dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (13/7/2022).
Efek domino kenaikan suku bunga The Fed dinilai akan meningkatkan tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap. Hal inilah yang menyebabkan investor kripto dan saham kian tidak berselera, sehingga menyebabkan penurunan nilai.