Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (7/7/2022). Beriringan dengan mayoritas mata uang lain di kawasan Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau dibuka menguat 23,00 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.976,00 per dolar AS. Sementara itu, pada pukul 09.15 WIB, indeks dolar AS terpantau melemah 0,12 persen ke posisi 106,9690.
Selain rupiah, mata uang lain di kawasan Asia lain yang dibuka menguat diantaranya ywn Jepang yang naik 0,23 persen, dolar Singapura naik 0,11 persen, won Korea Selatan naik 0,10 persen, dan baht Thailand naik 0,04 persen terhadap dolar AS.
Di sisi lain, peso Filipina terpantau melemah 0,29 persen, ringgit Malaysia turun 0,05 persen, dan dolar Hongkong melemah 0,01 persen terhadap dolar AS di pagi ini.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan dolar menguat terhadap mata uang lainnya, karena mendapatkan dukungan dari rebound kuat dalam imbal hasil Treasury 10 tahun AS yang melewati 2,95 persen setelah dibuka kembali dari hari libur.
Selain itu, Presiden AS Joe Biden dapat mengumumkan pembatalan beberapa tarif AS untuk barang-barang konsumen China minggu ini untuk melawan inflasi. Pemerintahan Biden juga dapat mengungkap penyelidikan subsidi industri, yang mungkin mengarah pada lebih banyak tugas di bidang strategis seperti teknologi.
Baca Juga
Sementara itu, di Asia Pasifik, aktivitas layanan China tumbuh pada tingkat tercepat pada Juni dalam hampir setahun karena pembatasan Covid-19 yang telah berkurang dan permintaan dihidupkan kembali.
Indeks manajer pembelian (PMI) layanan Caixin China naik menjadi 54,5 di bulan Juni. Dari dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan sinyal kebijakan baru dalam menyikapi perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan mempengaruhi kondisi dalam negeri.
Hal ini ditandai dengan risiko stagflasi seiring kenaikan suku bunga dan kebijakan secara global di tengah ekonomi yang baru pulih, serta makin luasnya kebijakan proteksionisme oleh berbagai negara.