Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat berakhir variatif pada perdagangan Rabu (29/6/2022) karena pelaku pasar mencerna komentar dari kepala bank sentral mengenai prospek ekonomi dan suku bunga.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,27 persen ke level 31.029,31. Di sisi lain, indeks S&P 500 ditutup melemah tipis 0,07 persen ke 3.818,83 dan Nasdaq Composite turun 0,03 persen ke 11.177,89.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan AS dalam kondisi yang kuat dan posisi yang baik untuk menahan kebijakan moneter yang lebih ketat. Dia menegaskan komitmen bank sentral untuk menurunkan inflasi.
“Ini (pengetatan kebijakan moneter) kemungkinan akan menyebabkan tekanan kecil di perekonomian," ungkap Powell saat berbicara di panel dengan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde dan Gubernur Bank of England Andrew Bailey, dilansir Bloomberg, Kamis (30/6/2022).
Volatilitas mencengkeram pasar tahun ini di tengah kekhawatiran bahwa sikap the Fed yang hawkish dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi. Indeks S&P 500 berada di jalur kuartal terburuk sejak Maret 2020 di tengah lonjakan imbal hasil Treasury.
Kepala analis pasar SEI James Solloway mengatakan riak di pasar keuangan diperkirakan telah mereda dengan melemahnya saham dan obligasi tahun ini
Baca Juga
“Itu kabar baiknya. Berita buruknya adalah bahwa resesi ekonomi dan penurunan pendapatan yang sesuai mungkin belum sepenuhnya diperhitungkan pasar,” ungkap Solloway.
Pasar obligasi memperkirakan the Fed menaikkan suku bunga acuan beberapa kali sebsar 50 basis poin pada tahun 2023. Pelaku pasar menaikkan ekspektasi mereka terhadap resesi yang akhirnya menghentikan kampanye pengetatan agresif bank sentral.
Presiden the Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan para pejabat tidak boleh berpuas diri tentang kenaikan ekspektasi inflasi jangka panjang dan harus bertindak tegas untuk mengekang tekanan harga.
Di sisi lain, data menunjukkan pengeluaran konsumen AS meningkat pada kuartal pertama pada laju paling lambat sejak pemulihan di masa pandemi, menandai bahwa ekonomi berada dalam pijakan yang lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya.