Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah melanjutkan reli di hari ketiga pada akhir perdagangan Selasa (28/6/2022), menyusul serangkaian berita yang memicu kekhawatiran pasokan.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus ditutup menguat 2,19 poin atau 2,0 persen ke level US$111,76 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Agustus ditutup menguat 2,89 poin atau 2,5 persen ke level US$117,98 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Reli minyak terjadi karena pedagang terus mencermati sisi penawaran.
Perusahaan Minyak Nasional milik negara Libya pada Senin (27/6) mengatakan tengah mempertimbangkan untuk menyatakan keadaan force majeure di wilayah Teluk Sirte dalam waktu 72 jam kecuali produksi dan pengiriman dilanjutkan.
"Ini mengancam untuk lebih mengurangi produksi minyak Libya, yang telah turun sekitar setengah menjadi sekitar 600.000 barel per hari sebagai akibat dari protes," kata analis energi Commerzbank Research Carsten Fritsch, seperti dilansir Antara, Selasa (28/6/2022).
Sementara itu, Kementerian Energi Ekuador mengatakan pada Minggu (26/6) bahwa negara itu dapat menangguhkan produksi minyak dalam 48 jam jika protes penduduk asli nasional dan blokade jalan terus berlanjut.
Pedagang juga menunggu data stok minyak mentah AS karena Badan Informasi Energi akan merilis laporan status minyak mingguannya pada Rabu waktu setempat.
Sebelumnya, pemimpin negara G7 sepakat menerapkan pembatasan harga ekspor minyak Rusia sebagai upaya penghentian keuntungan bagi pemerintah Rusia, Selasa (28/6/2022).
"Kami mengundang semua negara yang berpikiran sama untuk mempertimbangkan bergabung dalam tindakan ini," kata para pemimpin G7, dikutip dari ChannelNewsAsia, Selasa (28/6/2022).