Bisnis.com, JAKARTA — Melemahnya nilai mata uang yen Jepang yang memecahkan rekor terendah sejak 1998 dinilai akan berdampak positif terhadap rupiah.
Tim Riset Forex R&D, Research & Development ICDX memaparkan, Jepang dan Indonesia menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral maupun investasi langsung, sehingga transaksi kedua negara ini tidak bergantung pada dolar AS.
“Jepang adalah salah satu importir terbesar untuk indonesia, hal ini mendorong penguatan rupiah,” ujar tim riset dalam pernyataan tertulis kepada Bisnis, Rabu (22/6/2022).
Penguatan terjadi seiring dengan kenaikan permintaan rupiah bagi Jepang untuk melakukan pembelian dari Indonesia.
Lebih lanjut, tim riset forex ICDX menilai, dalam neraca perdagangan bilateral 2022 Indonesia surplus terhadap Jepang.
Dapat diartikan, ketika mata uang yen Jepang sedang mengalami penurunan, maka hal ini justru berdampak positif terhadap rupiah.
Baca Juga
Sementara itu, ada beberapa penyebab amblesnya nilai mata uang yen Jepang terhadap dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Ahli Strategi Wells Fargo, Brendan McKenna, menegaskan adanya permintaan mata uang safe-haven yang turun pada perdagangan hari ini turut membebani nilai yen.
Joseph Capurso dari Commonwealth Bank of Australia menuliskan dua faktor yang mendorong pelemahan yen Jepang, yaitu menyempitnya surplus transaksi berjalan Jepang, serta adanya peningkatan tajam terhadap suku bunga AS-Jepang.
Pada perdagangan Rabu (22/6/2022) pukul 14.51 WIB, data yang terpampang di Bloomberg memperlihatkan nilai yen Jepang terhadap dolar AS terpantau melemah 0,26 persen atau setara 0,360 poin ke level 136,210.
Sedangkan mata uang Garuda mengalami penguatan 0,37 persen atau sebanyak 54,5 poin ke posisi Rp14.867 per dolar AS.
Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di pasar spot menguat 0,31 persen setara 0,323 poin ke level 104,75.