Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang yen Jepang terhadap dolar AS terperosok paling dalam pada akhir perdagangan Selasa, (21/6/2022) sebesar 18 persen ke level 136,455. Ini merupakan rekor terbaru sejak Oktober 1998.
Tim Riset Forex R&D, Research & Development ICDX menjelaskan, salah satu katalis penyebab kejatuhan yen terhadap dolar AS tersebut karena kebijakan bank sentral beberapa negara yang menetapkan kenaikan suku bunga demi menekan inflasi yang tinggi.
Namun, pada pertemuan April lalu, Bank of Japan (BoJ) justru mengeluarkan kebijakan untuk menetapkan suku bunga ultra-rendah sampai tingkat inflasi menyentuh target 2 persen.
“BoJ tidak akan mengubah kebijakan ultra-rendah kecuali kenaikan harga lebih didorong oleh permintaan yang kuat disertai dengan kenaikan upah yang lebih tinggi,” ujar tim riset dalam pernyataan tertulis kepada Bisnis, Rabu (22/6/2022).
Akibatnya, kebijakan tersebut pun menyebabkan pergerakan nilai tukar yen terhadap dolar AS tidak terkendali.
Sebelumnya, Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang dapat mendorong ekonomi Jepang mencapai stabilitas harga, dan bukan untuk mengendalikan pergerakan nilai tukar.
Baca Juga
Sementara itu, tim riset ICDX menilai katalis berikutnya datang dari sisi dolar AS usai The Fed secara resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.
“Angka ini lebih agresif dari sebelumnya sehingga membawa pergerakan indeks dolar AS menyentuh level 105.000, hal ini mendorong pelemahan yen sehingga menyentuh level 136,00,” imbuhnya.
Kejatuhan nilai mata uang yen Jepang terhadap dolar AS menyentuh level terendahnya dalam 24 tahun terakhir.
Mengutip data Bloomberg, pada Rabu, (22/6/2022) pukul 14.33 WIB nilai yen terhadap dolar AS masih terdepresiasi 0,12 persen atau setara 0,16 poin di level 136,410.
Sejumlah analis pun membeberkan spekulan penyebab amblesnya nilai mata uang yen Jepang.
Ahli Strategi Wells Fargo, Brendan McKenna, menuturkan kepada Bloomberg bahwa permintaan mata uang safe haven yang turun pada perdagangan hari ini turut membebani nilai yen.
Sementara itu, Joseph Capurso dari Commonwealth Bank of Australia menuliskan dua faktor yang mendorong pelemahan yen Jepang, yaitu menyempitnya surplus transaksi berjalan Jepang, serta adanya peningkatan tajam perbedaan suku bunga AS-Jepang.