Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Sentimen The Fed, IHSG Ditutup Melemah 0,61 Persen

IHSG parkir pada posisi 7.007,05 atau turun 0,61 persen. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada rentang 6.966,02- 7.086,38.
IHSG parkir pada posisi 7.007,05 atau turun 0,61 persen. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada rentang 6.966,02- 7.086,38. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
IHSG parkir pada posisi 7.007,05 atau turun 0,61 persen. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada rentang 6.966,02- 7.086,38. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (15/6/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.00 WIB IHSG parkir pada posisi 7.007,05 atau turun 0,61 persen. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada rentang 6.966,02- 7.086,38.

Tercatat, 153 saham menguat, 391 saham melemah dan 136 saham bergerak ditempat. Investor asing tercatat membukukan aksi net foreign sell Rp702,01 miliar.

Investor asing tercatat menjual saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp228,3 miliar, atau yang terbanyak pada hari ini.

Menyusul di belakangnya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) senilai Rp179,3 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp92,8 miliar

Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang memperkirakan IHSG bakal kembali ke zona merah seiring sejumlah sentimen negatif yang menaungi perdagangan. Dia menyebutkan indeks DJIA turun tajam selama 4 hari berturut-turut sebesar 2663.4 poin atau 8,27 persen dan dalam perdagangan Selasa (14/6/2022) kembali terkoreksi sebesar 151.91 poin atau 0,5 persen.

Dengan demikian, selama 5 hari Indeks DJIA turun tajam sebesar 2815,3 poin 8,77 persen mengantisipasi naiknya Fed Fund Rate (FFR) sebesar 75 bps yang akan diumumkan pada 15 Juni 2022 sebagai respons naiknya inflasi tertinggi selama 41 tahun terakhir.

"Tingginya inflasi AS dan akan agresifnya The Fed menaikkan FFR bukan hanya berdampak atas tajamnya kejatuhan Indeks DJIA tetapi juga berdampak atas naiknya yield obligasi AS segala tenor khususnya tenor 10 tahun yang saat ini sudah mendekati level 3,5 persen yang tentunya juga berdampak atas turunnya harga obligasi Indonesia sebagai dampak dari naiknya yield obligasi Indonesia yang sudah mencapai 7,53 persen untuk tenor 10 tahun," paparnya, Rabu (15/6/2022).

Menurutnya, jika kejatuhan tajam Indeks DJIA dan naiknya yield obligasi AS dikombinasikan dengan berlanjutnya kejatuhan harga beberapa komoditas seperti minyak, batu bara, emas, nikel, dan timah bakal menjadi sentimen negatif bagi IHSG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper