Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Sesi I Longsor! Duo Saham Boy Thohir ADMR & ADRO Terpuruk

Duo saham emiten batu bara milik Boy Thohir masuk ke tops losers siang ini. ADMR anjlok 6,80 persen, sedangkan induknya PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) ambles 6,75 persen. 
Ilustrasi proyek PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), anak usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).
Ilustrasi proyek PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), anak usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi pertama hari ini, Rabu (15/6/2022) akibat investor yang bertaruh menjelang keputusan rapat Federal Reserve soal kenaikan suku bunga.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 11.30 WIB IHSG parkir pada posisi 6.976,96 atau turun 1,03 persen. Sepanjang sesi pertama IHSG bergerak pada rentang 6.966,02- 7.0486,38.

Tercatat, 131 saham menguat, 398 saham melemah dan 141 saham bergerak stagnan. Investor asing tercatat membukukan aksi net foreign sell Rp434,8 miliar.

Investor asing tercatat menjual saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp122,2 miliar, atau yang terbanyak sejauh ini.

Menyusul di belakangnya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) senilai Rp101 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp48,1 miliar

Duo saham emiten batu bara milik Boy Thohir masuk ke tops losers. Saham PT Adaro Mineral Indonesia Tbk. (ADMR) anjlok 6,80 persen, sedangkan saham induknya PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) ambles 6,75 persen. 

Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang memperkirakan IHSG bakal kembali ke zona merah seiring sejumlah sentimen negatif yang menaungi perdagangan. Dia menyebutkan indeks Dow Jones di AS turun tajam selama 4 hari berturut-turut sebesar  8,27 persen dan dalam perdagangan Selasa (14/6/2022) kembali terkoreksi sebesar 151,91 poin atau 0,5 persen.

Dengan demikian, selama 5 hari Indeks DJIA turun tajam sebesar  8,77 persen mengantisipasi naiknya Fed Fund Rate (FFR) sebesar 75 bps yang akan diumumkan pada 15 Juni 2022 sebagai respons naiknya inflasi tertinggi selama 41 tahun terakhir.

"Tingginya inflasi AS dan akan agresifnya The Fed menaikkan FFR bukan hanya berdampak atas tajamnya kejatuhan Indeks DJIA tetapi juga berdampak atas naiknya yield obligasi AS segala tenor khususnya tenor 10 tahun yang saat ini sudah mendekati level 3,5 persen.," paparnya, Rabu (15/6/2022).

Menurutnya, kejatuhan tajam Indeks DJIA dan naiknya yield obligasi AS dikombinasikan dengan berlanjutnya kejatuhan harga beberapa komoditas seperti minyak, batu bara, emas, nikel, dan timah bakal menjadi sentimen negatif bagi IHSG.

Selain itu, penurunan nilai tukar rupiah atas dolar AS juga terus terjadi bersamaan dengan penantian pengumuman reshuffle kabinet. Hal ini berpotensi menjadi sentimen negatif bagi perdagangan IHSG Rabu ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper