Bisnis.com, JAKARTA — Prospek reksa dana saham dinilai masih positif, meski porsinya dalam dana kelolaan atau atau asset under management (AUM) cenderung turun.
Vice President PT Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan reksa dana saham menjadi salah satu instrumen investasi yang berpotensi memiliki kinerja terbaik.
“Per akhir Mei sudah menjadi yang tertinggi, didorong oleh kenaikan IHSG di tengah perbaikan ekonomi, pembukaan aktivitas, dan naiknya komoditas,” katanya, Senin (13/6/2022).
Wawan juga menyebutkan indeks keyakinan konsumen (IKK) mencapai level tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Hal ini menjadi indikasi positif aktivitas belanja masyarakat yang juga tecermin dalam kenaikan signifikan pendapatan emiten pada kuartal I/2022 dibandingkan dengan tahun lalu.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan AUM reksa dana saham per 31 Mei 2022 masih berada di urutan kedua yaitu sebanyak 22,64 persen atau Rp123,07 triliun dengan urutan pertama ditempati oleh reksa dana pendapatan tetap sebesar 26,47 persen atau Rp143,93 triliun.
Persentase ini lebih rendah dari posisi Mei 2021 yang porsinya mencapai 22,87 persen atau Rp119,27 triliun. Sedangkan di urutan pertama adalah reksa dana pendapatan tetap sebesar 26,53 persen atau Rp138,36 triliun.
Baca Juga
Porsi reksa dana saham dalam AUM tercatat mencapai level tertinggi pada 2018 dan 2019. Dari AUM reksa dana sebesar Rp493,71 triliun pada Mei 2018, sebesar 28,50 persen di antaranya merupakan AUM reksa dana saham. Lalu berikutnya reksa dana terproteksi sebesar Rp127,38 triliun atau 22,58 persen, kemudian pendapatan tetap sebesar Rp104,74 triliun atau 21,21 persen.
Pada Mei 2019, AUM reksa dana saham juga masih memimpin sebesar 28,69 persen atau Rp141,74 triliun. Sementara persentase reksa dana terproteksi terpantau naik menjadi 26,91 persen atau Rp132,94 triliun, disusul reksa dana pendapatan tetap sebesar Rp103,97 triliun atau 21,04 persen.
Wawan mengatakan reksa dana saham memang tidak lagi menjadi favorit investor reksa dana, di mana mayoritas investor memilih pasar uang. Namun dengan kinerja reksa dana saham yang baik dan kehadiran investor baru, Wawan mengatakan kinerja reksa dana pendapatan tetap justru bisa tertekan karena kenaikan suku bunga.
Dalam situasi ini, dia mengatakan manajer investasi memiliki beberapa pilihan bagi investor, misalnya dengan menerapkan pengelolaan reksa dana saham menyerupai indeks untuk memberikan kinerja yang setara pasar.
“Di sisi lain juga memiliki fund yang lebih agresif untuk memberikan kinerja di atas pasar. Dengan demikian investor dapat memilih fund yang sesuai dengan profil dan preferensinya,” jelas Wawan.