Bisnis.com, jAKARTA – Katalis positif dari dalam negeri dapat menjadi sinyal bagi para investor untuk tetap masuk ke pasar saham di tengah terjadinya volatilitas global.
Krizia Maulana, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dalam risetnya menyebutkan, tekanan dari global masih besar pengaruhnya ke pasar finansial domestik. Menurutnya, ada tiga faktor utama yang masih mempengaruhi pasar global yaitu tekanan inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi.
Risalah FOMC di bulan Mei mengindikasikan sikap Fed yang lebih fleksibel terhadap arah kebijakan moneter. Langkah front loading kenaikan suku bunga memberi fleksibilitas untuk melakukan perubahan kebijakan tergantung kondisi yang ada.
“Pasar finansial menginterprestasikan hal ini sebagai indikasi The Fed dapat mengubah laju kenaikan suku bunga tergantung pada kondisi ekonomi setelah rencana kenaikan bunga sebesar 50 bps di Juni dan Juli 2022,” jelasnya dikutip dari riset, Jumat (10/6/2022).
Walaupun sejauh ini kondisi ekonomi AS masih tetap suportif, seperti yang ditunjukkan oleh tingkat konsumsi dan pendapatan, namun indeks keyakinan konsumen dan bisnis AS yang menjadi indikator tren aktivitas ekonomi mengalami penurunan. Kondisi ini mendukung pandangan Fed yang lebih fleksibel, mengambil keputusan kebijakan berdasarkan perkembangan ekonomi ke depannya.
Sementara di Asia, perbaikan kasus Covid, pelonggaran pembatasan, dan stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah China menjadi katalis penting untuk mendukung sentimen yang lebih positif di wilayah tersebut.
Baca Juga
Meski ada risiko dari pasar global, kabar positif datang dari dalam negeri. Ada enam faktor yang mendukung sinyal penguatan perekonomian Indonesia. Pertama, inflasi yang relatif terkendali dan suku bunga riil yang relatif tinggi dibandingkan negara lain memungkinkan pengetatan moneter domestik tidak seagresif pengetatan moneter The Fed atau bank sentral global lain.
Kedua, posisi Indonesia sebagai net eksportir komoditas memberikan dampak positif. Kontribusi ekspor komoditas yang cukup tinggi berhasil mendorong neraca perdagangan dan menjaga stabilitas Rupiah di tengah memburuknya sentimen dunia terkait inflasi, suku bunga dan harga komoditas yang tinggi.
Ketiga, ekspansi ekonomi menjadi daya tarik di tengah normalisasi global. Adapun katalis utamanya adalah percepatan pemulihan ekonomi ke depan. Pada kuartal IV/ 2021, pertumbuhan PDB tahunan Indonesia berhasil kembali ke level 5 persen.
Keempat, new economy mendukung pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan. Selama pandemi, new economy telah menunjukkan peran yang penting dan kontribusi pendapatan dari sektor ini diperkirakan akan mencapai 9 persen pada PDB 2023.
“Saat ini, kontribusi utama datang dari e-commerce, namun ke depannya e-logistik, kendaraan listrik, energi terbarukan, dan kesehatan akan meningkat. Hal ini diperkirakan dengan dasar perhitungan penetrasi saat ini yang masih rendah,” jelasnya.
Selanjutnya, Kelima, valuasi aset finansial yang menarik setelah ketertinggalan kinerja pasar Indonesia di 2021. Keenam, kepemilikan asing yang cenderung rendah pada aset finansial membuat risiko outflow lebih rendah.
Kondisi global yang volatil mengakibatkan perekonomian tidak pasti dan tentunya memiliki risiko tersendiri. Di sisi lain, beragam faktor dari dalam negeri masih menjanjikan potensi pertumbuhan bagi aset investasi di pasar modal.
Dalam jangka panjang, pasar saham masih memberikan potensi keuntungan yang menarik, terlebih kondisi pasar domestik juga mendukung. Meski demikian, portofolio investor sebaiknya tetap terdiversifikasi.
“Penambahan alokasi investasi pada aset dengan korelasi yang rendah dan risiko yang relatif rendah, seperti reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang, juga tetap perlu dilakukan untuk mengantisipasi kondisi pasar global yang volatil,” jelasnya.
Investor yang ingin memanfaatkan peluang pertumbuhan pasar domestik dapat memanfaatkan reksa dana saham. Jumlah porsi penempatan investasi pada reksa dana saham, pasar uang, maupun pendapatan tetap tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing investor memperhatikan faktor seperti; tujuan investasi, jangka waktu investasi dan kebutuhan likuiditas yang berkaitan erat dengan toleransi risiko.
Dengan mengetahui perkembangan pasar terkini dan melakukan penyesuaian pada komposisi portofolio, investor diharapkan dapat merealisasikan berbagai tujuan keuangannya di masa depan.