Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (31/5/2021). Mayoritas mata uang Asia juga terpantau melemah di hadapan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka melemah 13,0 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.569,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,315 poin atau 0,31 persen ke posisi 101,655.
Selain rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia juga melemah di hadapan dolar AS, di antaranya adalah yen Jepang yang turun 0,44 persen, won Korea Selatan turun 0,14 persen, dan yuan China melemah 0,14 persen terhadap dolar AS.
Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan dolar bergerak menuju penurunan bulanan pertama dalam lima bulan terakhir, imbas dari ekspektasi investor atas kenaikan suku bunga AS yang berkurang.
"Minggu depan penuh dengan data yang dapat memberikan petunjuk tentang prospek pertumbuhan global, suku bunga AS dan dolar dengan angka Indeks Manajer Pembelian China, angka pekerjaan AS, dan data pertumbuhan di sumber daya terkemuka Australia," katanya, Senin (30/5/2022).
Perdagangan kemungkinan akan berkurang hingga Senin karena pasar saham dan obligasi AS tutup untuk libur umum Memorial Day. Bahkan dolar AS diprediksi jatuh lebih dalam pekan ini seiring prospek ekonomi global yang lebih cerah dan relaksasi lockdown China.
Baca Juga
Shanghai mengatakan pada Minggu pembatasan "tidak masuk akal" pada bisnis akan dihapus mulai 1 Juni, sementara Beijing membuka kembali sebagian transportasi umum serta beberapa mal.
Di sisi lain, data konsumen AS yang positif dan pelonggaran penguncian di China membantu menyalakan harapan tentang pertumbuhan global, yang cenderung mendukung mata uang eksportir dengan mengorbankan dolar.
Investor juga menangkap petunjuk bahwa Federal Reserve, setelah menaikkan secara agresif selama dua bulan ke depan, mungkin akan mengambil nafas.
Sementara itu, dari dalam negeri, mencermati perkembangan ekonomi yang berangsur pulih seiring dengan semakin terkendalinya penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator yang dimaksud yaitu nilai tukar dan inflasi.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu 4 Mei 2022, lanjutnya, perkembangan inflasi sampai dengan Minggu Keempat Mei 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,35 persen (M to M).
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Mei 2022 secara tahun kalender sebesar 2,51 persen ytd, dan secara tahunan sebesar 3,50 persen (YoY).
Walaupun mata uang rupiah menguat, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan ekonomi global yang terus melambat akibat dari inflasi yang tinggi disebabkan oleh krisis invasi Rusia ke Ukraina yang terus meningkat.
Oleh sebab itu Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.530- Rp14.580 pada perdagangan hari ini, Selasa (31/5/2022).