Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertekan Sentimen Lockdown di China, Harga Minyak Mentah Melemah

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni turun 0,92 persen atau 0,94 poin ke level US$101,08 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 13:49 WIB.
Anjungan minyak di Teluk Meksiko, AS/ Bloomberg
Anjungan minyak di Teluk Meksiko, AS/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah ke kisaran US$101 per barel pada perdagangan Kamis (28/4/2022), karena kasus Covid-19 di China yang terus meningkat membebani prospek permintaan global.

Dilansir dari Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni turun 0,92 persen atau 0,94 poin ke level US$101,08 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 13:49 WIB.

Sementara itu, minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juni terkoreksi 1,14 persen atau 1,2 poin ke level US$104,12 per barel di bursa ICE Futures Europe.

Harga minyak melemah setelah kota Hangzhou di China mulai melakukan lockdown masal menyusul peningkatan kasus Covid-19. Sementara itu, kilang minyak milik pemerintah China mengatakan  massal bahwa kebangkitan kasus Covid-19 memperlambat permintaan bahan bakar.

Pasar minyak terus mengalami fluktuasi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari dan meningkatnya kasus Covid-19 ini di China. Ada beberapa tanda bahwa wabah mereda, tetapi lockdown telah menyebabkan stok minyak membengkak.

Kepala analis komoditas di INGH Groep NV Warren Patterson mengatakan pasar minyak terus terombang-ambing oleh sentimen dari pasokan yang bullish dan proyeksi permintaan yang bearish.

“Risiko pasokan di sekitar minyak Rusia bersifat jangka panjang dibandingkan dengan permintaan terkait Covid yang melanda di China. Akibatnya, kami memperkirakan harga akan menguat,” tulis Patterson, dikutip Bloomberg, Kamis (28/4/2022).

Menteri keuangan Rusia mengatakan produksi minyak negara diperkirakan turun sebanyak 17 persen tahun ini karena pembeli menghindari minyak dari Rusia. AS dan Inggris melarang impor dari produsen OPEC+, sementara Uni Eropa membahas langkah serupa. Jerman mengatakan siap untuk mendukung larangan bertahap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper