Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX) menilai harga komoditi seperti minyak mentah dan logam seperti emas masih akan mengalami pergolakan harga sehingga menarik untuk ditransaksikan.
Research and Development ICDX Girta Yoga dalam acara Commodity Outlook menyampaikan pergolakan tersebut terlihat dari produk emas yang ada di ICDX yang merupakan penyumbang volume transaksi multilateral terbesar dengan kontribusi sebesar 56,79 persen.
Di mana sepanjang kuartal I/2022, ICDX mencatatkan total volume transaksi multilateral mencapai 240.763 lot atau naik hampir 50 persen jika dibandingkan dengan total volume transaksi di kuartal I/2021.
Menurut Yoga, selain konflik Rusia dan Ukraina yang masih memanas, kondisi di pasar global lainnya yakni penguncian kembali di China akibat melonjaknya kembali kasus Covid-19 turut memicu kekhawatiran akan melambatnya perekonomian global.
“Ketidakpastian yang terjadi pada ekonomi global ini membuat pelaku pasar cenderung mengalihkan investasi mereka ke aset safe haven yaitu produk emas,” ungkap Yoga dalam acara yang digelar ICDX secara virtual, Rabu (27/4/2022).
Yoga menjelaskan bahwa konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga kuartal II/2022 dapat memperburuk kekurangan pasokan sejumlah komoditi dan menyebabkan harga yang lebih tinggi.
Baca Juga
Adapun Rusia merupakan pengekspor penting hidrokarbon, pupuk, dan logam, sementara Rusia dan Ukraina adalah produsen utama biji-bijian seperti gandum dan jagung.
Menurutnya, Rusia menghadapi kesulitan dalam mengekspor beberapa produknya karena sanksi, masalah logistik, dan keengganan beberapa mitra dagang untuk membeli produk Rusia, sementara Ukraina telah terputus secara fisik dalam banyak hal.
Konflik tersebut ungkapnya telah menyebabkan lonjakan harga komoditas yang meluas. Harga beberapa komoditas, seperti minyak mentah telah melonjak lebih dari 30 persen di awal kuartal II/2022.
Sementara itu, harga minyak sawit secara global kata Yoga dipengaruhi oleh produsen terbesar yaitu Indonesia dan Malaysia. Di mana saat ini di Malaysia sedang terjadi masalah upah tenaga kerja perkebunan.
Sedangkan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan larangan ekspor minyak sawit Indonesia sebagai upaya untuk memastikan ketersediaan minyak di Indonesia.
“Produk substitusinya yakni minyak nabati juga sedang mengalami tren kenaikan. Sehingga untuk minyak masih akan menunjukkan tren bullish,” kata Yoga.