Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Pendapatan Tetap Masih Tertekan, Simak Kiat Tetap Cuan dari Infovesta Utama

Pada periode 14 – 22 April 2022, reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return negatif sebesar 0,35 persen.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja reksa dana berbasis obligasi tercatat masih tertekan seiring dengan sentimen negatif dari luar negeri. Produk reksa dana berbasis obligasi korporasi atau pasar uang dapat menjadi alternatif bagi investor ditengah sentimen negatif saat ini.

Data dari Infovesta Utama menyebutkan, pada periode 14 – 22 April 2022, reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return negatif sebesar 0,35 persen. Sementara, reksa dana pasar uang terpantau menguat tipis 0,06 persen.

Selanjutnya, reksa dana saham dan reksa dana campuran tercatat menguat masing – masing sebesar 0,22 persen dan 0,24 persen.

Kinerja negatif reksa dana pendapatan tetap terjadi seiring dengan tekanan yang terjadi di pasar obligasi. Tekanan di pasar obligasi turut dipengaruhi oleh sentimen luar negeri, salah satunya adalah tekanan kenaikan tingkat suku bunga the Fed.

Sinyal kenaikan suku bunga semakin jelas setelah ketua The Fed mengisyaratkan kenaikan sebesar 50 bps akan dilakukan pada bulan Mei 2022 yang diikuti dengan lonjakan imbal hasil (yield) AS yang naik ke level 2,9% atau tertinggi sejak 2018.

“Seiring dengan sentimen negatif yang terjadi, kami melihat BI baru akan menaikkan suku bunga pada bulan Juni mendatang karena tekanan capital outflow pada SBN masih tidak terlalu besar saat ini dan rupiah yang masih stabil di level Rp14.356 per dollar AS,” jelasnya.

Untuk mengimbangi risiko fluktuasi harga Surat Berharga Negara (SBN) yang lebih sensitif terhadap isu ekonomi global, investor dapat mempertimbangkan produk yang memiliki obligasi korporasi dengan peringkat investment grade.

“Investor juga dapat memilih reksa dana pasar uang sebagai alternatif penempatan sementara sambil memantau kondisi lebih jauh,” demikian kutipan laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper