Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau menguat di hadapan dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (21/4/2022) di tengah pelemahan dolar AS karena adanya ekspektasi pengetatan moneter Federal Reserve yang agresif.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (21/4/2022), mata uang Garuda menguat 0,09 persen atau 13 poin ke Rp14.344 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,46 persen ke 99,93.
Sementara itu, bersama rupiah sejumlah mata uang di Asia juga menguat seperti peso Filipina yang menguat 0,22 persen, dolar Taiwan menguat 0,37 persen, dan dolar Singapura menguat 0,15 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya di tengah ekspektasi pengetatan moneter Federal Reserve yang agresif. Sebelumnya indeks dolar AS sempat menembus 100 poin lantaran imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik ke level tertinggi sejak Desember 2018 di dekat 3 persen, dan saat ini sudah kembali turun.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan untuk berbicara Kamis malam di pertemuan musim semi IMF-Bank Dunia di Washington. Komentarnya akan menjadi perhatian pelaku pasar, terutama terkait pertemuan Fed pada awal Mei, di tengah ekspektasi bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih agresif.
Sementara itu, dari sisi internal, dengan berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, berdampak pada pelemahan transaksi perdagangan, kenaikan harga komoditas, dan ketidakpastian pasar keuangan global di tengah penyebaran Covid-19 yang menurun.
Baca Juga
Pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, China, dan India diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya dan pemeringkat internasional baik OECB, Bank Dunia maupun IMF Kembali merevisi pertumbuhan ekonomi global.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 menjadi 3,5 persen dari sebelumnya sebesar 4,4 persen, sama seperti OECB dan Bank Dunia. Volume perdagangan dunia juga diperkirakan lebih rendah sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung.
Perbaikan ekonomi domestik diperkirakan tetap berlangsung seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat. Hingga kuartal I/2022, perbaikan ekonomi terus berlanjut didukung oleh peningkatan konsumsi, investasi nonbangunan, dan kinerja ekspor sejalan dengan mobilitas penduduk maupun aktivitas ekonomi yang membaik.
Perbaikan permintaan domestik ke depan juga akan terpengaruh baik karena tertahannya volume ekspor maupun kenaikan harga energi dan pangan global. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan 2022 Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,5 sampai 5,3 persen, sedikit lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 4,7 sampai 5,5 persen.
Untuk perdagangan besok, Jumat (22/4/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.330 - Rp14.360.