Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi grup BUMN PT Indofarma Tbk. (INAF) mencatatkan pertumbuhan pendapatan sepanjang 2021. Kendati demikian, perseroan malah berbalik rugi bersih seiring peningkatan beban yang signifikan.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember yang telah diaudit, Rabu (20/4/2022), emiten berkode INAF ini mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp2,9 triliun naik 69,15 persen dibandingkan dengan Rp1,71 triliun pada 2020.
Sayangnya, kinerja penjualan yang ciamik ini tidak dibarengi dengan efisiensi, sehingga beban pokok penjualan perseroan juga turut meningkat signifikan 86,45 persen dari Rp1,31 triliun menjadi Rp2,45 triliun pada 2020.
Hal ini membuat pertumbuhan laba bruto perseroan tidak signifikan hanya naik 12,74 persen menjadi Rp451,65 miliar per 2021 daripada Rp400,59 miliar pada 2020.
Setelah itu, INAF juga mencatatkan kenaikan beban penjualan Rp10 miliar menjadi Rp153,15 miliar, beban umum dan administrasi naik Rp23 miliar menjadi Rp148,53 miliar, dan kerugian lain-lain naik Rp22 miliar menjadi Rp97,98 miliar.
Dengan begitu, laba usaha INAF malah tergerus 51,47 persen menjadi hanya Rp8,77 miliar dari Rp18,08 miliar pada 2020.
Baca Juga
Setelah dikurangi pajak dan lain-lain, INAF mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp37,58 miliar pada 2021, berbanding terbaik dengan 2020 yang mencatatkan laba bersih Rp27,56 miliar.
Perseroan pun mencatatkan rugi bersih per lembar saham sebesar Rp12,12 per lembar pada 2021 berkebalikan dengan laba per saham Rp0,01 per lembar pada 2020.
Posisi aset per 31 Desember 2021, INAF memegang aset lancar dan tidak lancar senilai Rp2,01 triliun naik dari 2020 yang sebesar Rp1,71 triliun.
Sementara itu, liabilitas perseroan mengalami kenaikan menjadi Rp1,5 triliun dengan liabilitas jangka pendek tembus Rp1,04 triliun dan liabilitas jangka panjang mencapai Rp458,38 miliar.