Bisnis.com, JAKARTA – Uni Eropa kembali mengusulkan sanksi untuk melarang pasokan batu bara dari Rusia. Hal ini bakal membuat pasokan batu bara global mengetat dan mendorong lonjakan harga.
Mengutip data Bloomberg, Sabtu (9/4/2022) siang, harga batu bara untuk kontrak terdekat mengalami kenaikan, menuju US$300 per ton. Untuk kontrak April 2022, harganya naik 9,95 poin ke US$291,60 per ton. Sementara itu, untuk kontrak Mei 2022 naik 12 poin ke US$299,5 per ton.
Analis Mirae Aset Sekuritas Juan Harahap menjelaskan, kenaikan harga berkaitan dengan usulan sanksi yang diberikan kepada Rusia.
Usulan sanksi yang baru menyusul ketidakpastian tentang pengiriman gas di masa mendatang dari Rusia ke Uni Eropa, terutama setelah Rusia meminta pembelinya untuk membayar dengan mata uang rubel.
“Selanjutnya, para pembeli di Eropa akan meningkatkan permintaan pengiriman dari berbagai negara lain di dunia. Kami memperkirakan hal ini akan membawa keuntungan ke Australia dan Indonesia karena pembeli Eropa umumnya mencari pengimpor alterntif untuk memenuhi kebutuhan energinya,” jelasnya dalam riset, dikutip Sabtu (9/4/2022).
Eropa amat bergantung pada Rusia terkait dengan pemenuhan kebutuhan batu baranya. Pada 2021, Rusia menyumbang 5 persen dari pasokan batu bara termal global. Rusia juga menyumbang 70 persen dari keseluruhan kebutuhan Eropa. Selain itu, Rusia juga berkontribusi 15 persen dari keseluruhan ekspor batu bara pada 2021.
Baca Juga
Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) menyebutkan bahwa penambang di Indonesia sudah mulai didekati oleh beberapa pembeli dari negara-negara Eropa seperti Italia, Spanyol, Polandia, dan Jerman untuk menggantukan pasokan dari Rusia.
“Kami yakin, larangan impor batu bara Rusia akan memberikan keuntungan untuk industri batu bara Indonesia secara keseluruhan. Kami juga memperkirakan ketatnya pasokan batu bara akan membuat harga batu bara masih tetap melayang di posisi tinggi,” ungkapnya.