Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Dibuka Melemah, Dolar AS Kembali Agresif

Nilai tukar rupiah terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (8/4/2021). Bersamaan dengan itu, mayoritas mata uang di kawasan Asia turut melemah.
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (8/4/2021). Bersamaan dengan itu, mayoritas mata uang di kawasan Asia turut melemah.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka melemah 22,00 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.384 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terpantau menguat 0,0065 poin  atau 0,07 persen di posisi 99,8160.

Selain rupiah, mata uang lain di kawasan Asia turut menguat diantaranya won Korea Selatan yang turun 0,37 persen, peso Filipina turun 0,21 persen, dolar Taiwan turun 0,19 persen dan baht Thailand turun 0,08 persen terhadap dolar AS.

Sebelumnya Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, pada hari ini rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp14.340 - Rp14.380 per dolar AS.

"Dolar melayang mendekati level tertinggi dua tahun setelah risalah rapat menunjukkan Federal Reserve bersiap untuk bergerak agresif untuk mencegah inflasi," jelasnya dalam riset, dikutip Jumat (8/4/2022). 

Pejabat Fed mencatat akan ada satu atau lebih kenaikan 50 bps yang mungkin terjadi pada pertemuan Mei 2022. Hal ini bakal terjadi terutama jika tekanan inflasi tetap tinggi atau meningkat.

Sebelumnya, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps setelah pertemuan Maret mereka, dan risalah menunjukkan bahwa efek ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari mencegah kenaikan 50 bps.

Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia tetap tinggi sebesar US$139,1 miliar pada akhir Maret 2022. Meski demikian, posisi pada Maret 2022 tersebut menurun jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2022 sebesar US$141,4 miliar.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa penurunan posisi cadangan devisa dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.

Mengutip Antara, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap mata uang utama lainnya mencapai 99,823 pada Kamis (7/4/2022) waktu setempat, tertinggi sejak akhir Mei 2020. Terakhir naik 0,2 persen pada 99,810.

"Dengan para pedagang memperkirakan kenaikan suku bunga lebih dari 225 basis poin selama sisa tahun ini, tentu saja ada lebih banyak risiko Fed gagal memenuhi ekspektasi daripada melebihi ekspektasi mereka," kata Matthew Weller, kepala penelitian global di FOREX.com dan City Index.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper