Bisnis.com, JAKARTA – Penerbitan global bond yang dilakukan pemerintah Indonesia dinilai tepat waktu mengingat suku bunga The Fed yang masih berpotensi naik.
Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan, langkah penerbitan global bond yang dilakukan pemerintah Indonesia tepat dilakukan. Menurutnya, pemerintah memanfaatkan momentum yang ada sebelum suku bunga The Fed naik lebih tinggi.
Dia menjelaskan, penerbitan global bond ini juga dilakukan untuk memperluas basis investor global dan menurunkan efek crowding out di dalam negeri. Penerbitan global bond juga merupakan langkah antisipasi pemerintah terhadap kebutuhan likuiditas masyarakat.
“Likuiditas masyarakat akan tinggi menjelang Lebaran, penerbitan ini juga dilakukan agar pemerintah dapat menyerap likuiditas dari pasar global,” jelasnya saat dihubungi, Rabu (23/3/2022).
Roby menambahkan, minat investor asing terhadap global bond ini juga diyakini tetap tinggi. Hal tersebut ditopang oleh tingkat imbal hasil (yield) atraktif yang ditawarkan oleh pemerintah serta rendahnya risiko kurs karena diterbitkan dengan denominasi dolar AS.
“Investor juga berpeluang mendapatkan gain dari kenaikan dolar AS jika tren dolar mengalami penguatan sejalan dengan kenaikan suku bunga The Fed,” paparnya.
Ke depannya, Roby meyakini global bond yang ditawarkan pemerintah Indonesia masih tetap dicari oleh investor asing. Selain imbal hasil yang atraktif, minat investor juga akan didukung oleh rekam jejak penerbitan global bond yang sangat baik serta stabilnya peringkat utang Indonesia.
“Namun, dari sisi pemerintah sebagai issuer tentunya ada risiko biaya dana yang meningkat jika yield US Treasury naik lebih tinggi, dan dolar AS terapresiasi,” pungkasnya.
Hal senada diungkapkan Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto. Menurutnya, pemerintah mengoptimalkan waktu penerbitan global bond yang sebelumnya cukup sulit karena belum ada kejelasan kenaikan suku bunga The Fed dan sentimen risk off dari konflik Rusia – Ukraina.
“The Fed sendiri diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga ke depannya, sehingga penerbitan ini lebih cepat lebih baik. Momentum penerbitannya juga cukup bagus dengan belum dilakukannya quantitative tightening oleh The Fed,” ujarnya.
Selain itu, penerbitan global bond Indonesia juga dilakukan saat pricing credit default swap (CDS) Indonesia tengah mengalami penurunan. Sentimen ini dinilai dapat menarik minat investor asing ke obligasi global terbitan pemerintah Indonesia.
Handy menambahkan, permintaan investor terhadap global bond Indonesia akan tetap terjaga sepanjang tahun ini. Prospek ini didukung oleh perkembangan ekonomi makro yang masih positif.
“Kami memperkirakan GDP Indoensia akan berada di atas 5 persen pada tahun ini. Current account diharapkan tetap surplus dengan kenaikan harga komoditas dan fiskal juga terus membaik dari sisi pendapatan, sehingga minat investor masih berpotensi bagus,” pungkasnya.