Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Pertahankan Suku Bunga Acuan, Rupiah Perkasa Lawan Dolar AS

Harapan dari kemajuan pembicaraan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina juga ikut menenangkan pasar saat ini.
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah menguat di hadapan dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (17/3/2022) di hadapan dolar AS lantaran Federal Reserve AS beralih ke kebijakan moneter yang hawkish.

Mengutip data Bloomberg, Kamis (17/3/2022), rupiah tercatat ditutup menguat 9,5 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.302 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,42 persen ke 98,21.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, selain pergerakan dolar AS, harapan dari kemajuan pembicaraan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina juga ikut menenangkan pasar saat ini.

The Fed menaikkan suku bunga menjadi 0,5 persen dan menurunkan keputusan kebijakannya pada Rabu (16/3/2022). Ini adalah pertama kalinya bank sentral menaikkan suku bunga sejak 2018, dan kemungkinan melanjutkan kenaikan pada enam pertemuan yang tersisa pada 2022.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa ekonomi AS "sangat kuat" dan dapat menangani pengetatan moneter. Keputusan The Fed juga membuat imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi sejak Mei 2019.

Dari sisi internal, keyakinan bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga cukup kuat apalagi didorong fakta bahwa inflasi Indonesia masih terkendali meskipun mengalami kenaikan dalam dua bulan terakhir.

Pada Februari 2022, Indonesia mencatatkan inflasi tahunan (YoY) sebesar 2,06 persen, lebih rendah dibandingkan Januari di 2,18 persen. Sebagai informasi, Indonesia tidak pernah mencatat inflasi tahunan di atas 2 persen sejak Mei 2020.

BI juga siang ini memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan alias BI 7 days reverse repo rate (7DRRR) dalam Rapat Dewan Gubernur BI Maret 2021 di level 3,50 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ini sejalan dengan perlunya bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan terkendalinya inflasi.

“Selain itu, ini juga merupakan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tekanan eksternal yang meningkat,” kata Perry, Kamis (17/3/2022).

Perry mengatakan, tekanan eksternal yang meningkat ini tak lepas dari ketegangan geopolitik dari negara Rusia dan Ukraina. Selain menahan suku bunga acuan, bank sentral Indonesia juga menahan suku bunga deposit facility sebesar di level 2,75 persen dan suku bunga lending facility di level 4,25 persen.

Dia juga mengatakan akan mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi domestik lebih lanjut.

Secara bersamaan BI merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Penyebabnya adalah perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga komoditas naik tajam. Baik itu migas, pertambangan, hingga pangan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang semula diperkirakan mencapai 4,4 persen untuk 2022, pada assesment terkini bisa turun menjadi 4,3 persen. Bahkan kalau terus berlanjut bisa menjadi 3,8 persen, tergantung sampai berapa lama eskalasi ini berlanjut.

Untuk perdagangan besok, Jumat (18/3/2022), Ibrahim memproyeksikan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp14.280-Rp14.320.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper