Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantap! IHSG Cetak Rekor Penutupan dan Intraday Tertinggi Sepanjang Masa Hari Ini

IHSG ditutup menguat 0,48 persen atau 33,27 poin ke level 6.921,44, level penutupan tertinggi sepanjang masa.
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (1/3/2022), sekaligus mencetak rekor penutupan tertinggi baru.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 0,48 persen atau 33,27 poin ke level 6.921,44, level penutupan tertinggi sepanjang masa. Indeks bahkan sempat mencetak level intraday tertinggi baru di level 6.996,93 pada awal perdagangan.

Pada perdagangan hari ini, 297 saham menguat, 225 saham melemah, dan 157 saham lainnya stagnan.

Investor asing terpantau membukukan aksi beli bersih Rp1,62 triliun hingga akhir perdagangan. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) paling banyak diborong investor asing dengan net buy Rp415,9 miliar.

Saham Bank Jago Tbk. (ARTO) juga diborong asing sebesar RP158,3 miliar, kemudian PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk mencatat net buy Rp130,6 miliar.

IHSG terus melaju di zona hijau meskipun di tengah rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan. Angka Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia tercatat turun ke angka 51,2 pada Februari 2022 dari bulan sebelumnya 53,7.

Menurut IHS Markit, tingkat ekspansi pada bulan lalu berkurang banyak dan merupakan yang terendah dalam enam bulan terakhir. Tercatat andka pekerjaan baru dan produksi naik lebih rendah dari bulan sebelumnya karena kasus Covid-19 kembali meningkat, yang kemudian berdampak pada kepercayaan diri dalam bisnis.

Di sisi lain, sektor ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian masih sukup solid, sedangkan kinerja pemasok membaik. Namun demikian, perusahaan ragu-ragu untuk membangun inventori.

"Kebangkitan kembali infeksi Covid-19 membebani kinerja sektor manufaktur Indonesia pada Februari. Permintaan klien dan jadwal produksi keduanya terhambat oleh perkembangan kondisi terkini, termasuk pembatasan tambahan untuk menanggulangi virus," kata Jingyi Pan, Direktur Asosiasi Ekonom IHS Markit, Selasa (1/3/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper