Bisnis.com, JAKARTA - Analis memperkirakan investasi dari Indonesia Investment Authority (INA) masih menjadi katalis positif bagi pergerakan harga saham emiten konstruksi pada 2022.
Tak hanya itu, peluang perolehan kontrak baru yang lebih tinggi ketika pembatasan sosial dilonggarkan juga dapat menambah daya pendongkrak harga saham emiten konstruksi.
Kepala Riset J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo menyampaikan bahwa INA yang sudah beroperasi selama setahun terakhir berencana menggelontorkan lebih banyak modal pada tahun ini ketimbang 2021.
Dari pertemuan dengan INA, terungkap bahwa minat investor global terhadap Indonesia masih tinggi. Selain menawarkan modal untuk membantu divestasi aset di perusahaan kontraktor, INA juga berencana berinvestasi ke sektor ekonomi hijau seperti geotermal dan pengolahan limbah, kesehatan, infrastruktur digital, dan lainnya.
“INA sudah membuat penawaran untuk 8 seksi jalan tol di Jalan Tol Trans-Jawa dan Trans-Sumatera,” tulis Henry dalam riset terbaru, dikutip Senin (7/2/2022).
Henry pun optimistis kerjasama INA dengan mitra strategis global bakal meningkatkan kemampuan kontraktor domestik dalam jangka panjang. Dengan demikian, ekspansi infrastruktur yang menjadi agenda Presiden Joko Widodo di area luar Jawa dapat mendatangkan potensi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru.
Baca Juga
J.P. Morgan Sekuritas pun menilai perkembangan INA akan berdampak positif ke sektor infrastruktur nasional dalam jangka panjang. Kendati demikian, J.P. Morgan lebih menjagokan saham-saham emiten semen seperti INTP dan SMGR ketimbang saham emiten kontraktor.
Sementara itu, saham WIKA, WSKT, dan PTPP diberi rekomendasi netral bersama saham JSMR.
Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael menambahkan potensi raihan kontrak baru yang lebih tinggi setelah pembatasan sosial dilonggarkan juga menjadi angin segar bagi pergerakan harga emiten konstruksi.
“Kami optimistis perolehan kontrak baru dari emiten kontraktor BUMN sudah mencapai titik terendahnya pada 2021,” kata Michael.
Dia pun mengapresiasi upaya pemerintah untuk memperbaiki performa keuangan kontraktor, khususnya BUMN Karya, agar dapat rebound pada tahun ini. Adapun, salah satu sumber proyek yang diyakini dapat dimenangkan oleh perusahaan kontraktor tahun ini berasal dari pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.
Mirae Asset Sekuritas memberikan posisi overweight untuk saham-saham emiten kontraktor dengan top pick saham WSKT. Dengan likuiditas yang lebih baik usai restrukturisasi, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. membidik perolehan kontrak baru senilai Rp25 triliun - Rp30 triliun pada 2022.
Di lantai bursa, performa saham emiten konstruksi yang tercermin lewat indeks IDX Sector Infrastructures terpantau melemah 3,46 persen sejak awal tahun menjadi 926,12.