Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (21/1/2022).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,07 persen ke level Rp14.350 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,01 persen ke posisi 95,74.
Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif pada hari ini. Rupiah juga berpeluang ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan.
“Rupiah masih dapat menguat di rentang Rp14.320 - Rp14.380 per dolar AS,” katanya dikutip dari riset.
Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,16 persen atau 23,5 poin ke posisi Rp14.340,50 per dolar AS pada Kamis (20/1/2022) kemarin. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,06 persen atau 0,06 poin ke level 95,45.
Rupiah menguat setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur 19 dan 20 Januari 2022.
Sejalan dengan itu, BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.
“Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas inflasi, nilai tukar dan sistem keuangan, serta upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (20/1/2022).
Pada 2021, tingkat inflasi tercatat sebesar 1,87 persen, berada di bawah target BI 2 hingga 4 persen.
Ibrahim mengungkapkan, mengungkapkan indeks dolar AS melemah pada hari ini karena reli imbal hasil Treasury AS berhenti karena harga komoditas yang tinggi serta berlanjutnya optimisme pertumbuhan ekonomi global di masa depan.
“Investor sekarang menunggu keputusan kebijakan The Fed berikutnya, yang akan diturunkan pada 26 Januari. Keputusan kebijakan dari bank sentral di Indonesia, Malaysia, Norwegia, Turki, dan Ukraina akan jatuh tempo di kemudian hari,” tulis Ibrahim dalam riset harian.
Adapun untuk komoditas lainnya, Ibrahim menyampaikan bahwa harga minyak mentah berada dalam tren yang meningkat dan berkontribusi terhadap kekhawatiran inflasi.
Lebih lanjut, pelaku pasar ungkapnya memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan mulai naik pada pertengahan 2022, sebanyak 50 basis point (bps). Namun menurutnya kenaikan akan bergantung pada perkembangan inflasi domestic.