Bisnis.com, JAKARTA – Emiten data center PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) menghabiskan dana hasil penawaran umum sebanyak Rp140 miliar sepanjang 2021.
Emiten yang terafiliasi dengan Anthoni Salim itu mengumpulkan dana hasil penawaran umum sebanyak Rp145,94 miliar setelah dikurangi oleh biaya-biaya pencatatan. Sepanjang 2021, perseroan telah menghabiskan Rp140,07 miliar.
Manajemen mengungkapkan perseroan telah menghabiskan Rp67,28 miliar untuk Low Voltage Panel JK5. Lalu Rp52,48 miliar untuk Genset JK5 dan Rp20,31 miliar untuk belanja operasional. Adapun sisa sebesar Rp5,94 miliar untuk Genset JK5.
Pada tahun lalu, Anthoni Salim meraup paling banyak keuntungan melalui investasinya di DCII. Berdasarkan data Bloomberg selama 2021, DCII menjadi emiten dengan persentase kenaikan tertinggi, yakni 10.370,24 persen. DCII menutup tahun 2021 di harga Rp43.975, dari harga IPO Rp420 pada 6 Januari 2021.
Sebegai informasi, DCII mampu membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 3,3 persen menjadi Rp606,94 miliar pada kuartal III/2021.
Segmen kolokasi menjadi pendorong utama pendapatan dengan torehan Rp571,77 miliar naik dari posisi tahun lalu Rp559,41 miliar. Segmen lain-lain juga mengalami pertumbuhan dari Rp28,14 miliar menjadi Rp35,17 miliar.
Baca Juga
Pihak ketiga tercatat menjadi pembeli utama dengan kontribusi Rp553,27 miliar dan pihak berelasi Rp53,67 miliar. Misalnya EDGE Rp,98 miliar, PT Ekagrata Data Gemilang Rp4,9 miliar dan PT DataCenter Indonesia Rp38,87 miliar.
Selain itu peningkatan kinerja topline, mampu dibarengi dengan efisiensi pada pos beban. DCII mengurangi beban pokok pendapatan dari sebesar 11,94 persen menjadi Rp273,82 miliar.
Beban pemasaran pun turun 32,76 persen dan beban lain juga turun 63,85 persen. Hal itu membuat laba bersih perseroan melonjak dari posisi Rp138,48 miliar menjadi Rp172,33 miliar.
Dengan demikian laba per saham DCII juga meningkat menjadi Rp72.
Sementara itu, Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani mengatakan, selama ini saham-saham tempat Grup Salim berinvestasi di atas telah rally kencang, sehingga investor harus mewaspadai aksi profit taking.
"Untuk BBHI, EMTK, dan DCII sudah naik banyak, rawan profit taking," ujar Yaki dihubungi, Rabu (5/1/2022).