Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat memperdalam pelemahan pada akhir perdagangan Rabu (5/1/2022) setelah rilis risalah pertemuan Federal Reserve terakhir menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih awal dan lebih cepat.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones ditutup melemah 1,07 persen ke 36.407,11, sedangkan indeks S&P 500 merosot 1,94 persen ke 4.700,58 dan Nasdaq Composite anjlok 3,34 persen ke 15.100,17.
Sektor real estat memimpin pelemahan indeks S&P 500, sementara Nasdaq tertekan sektor teknologi. Pelaku pasar meningkatkan keyakinan bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga setidaknya tiga kali tahun ini.
Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 1,71 persen, level tertinggi sejak April 2021.
Kepala investasi Comerica Wealth Management John Lynch mangatakan Jerome Powell sangat menunjukkan sikapnya sebagai Ketua The Fed pada pertemuan terakhir.
“Pernyataan (Powell) menjadi perubahan besar dengan tapering yang dipercepat dan rencana untuk tiga kenaikan pada tahun 2022,” ujar Lynch, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (6/1/2022).
Baca Juga
Saham teknologi jatuh untuk hari kedua berturut-turut karena kenaikan imbal hasil obligasi menambah kekhawatiran terhadap pertumbuhan. Di awal sesi, pelemahan menyebar ke Asia, dengan indeks saham-saham emiten China yang terdaftar di Hong Kong menyentuh level terendah dalam enam tahun. Namun, Eropa sebagian besar terhindar, dengan Stoxx Europe 600 mencatat rekor tertinggi.
"Pada awalnya risalah FOMC bulan Desember terlihat hawkish, dan reaksi pasar mendukung ini," kata Cliff Hodge, kepala investasi Cornerstone Wealth.
"Fakta bahwa peserta FOMC mendiskusikan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan lebih agresif, di samping laju normalisasi neraca yang lebih cepat daripada kenaikan terakhir, menunjukkan bahwa Fed telah memperkirakan pasar saham kembali melemah," lanjutnya.
Pelaku pasar sebagian besar telah mengalihkan perhatian ke pengetatan kebijakan moneter, namun, kekhawatiran ancaman varian Omicron terhadap pertumbuhan global masih menghantui.
Hong Kong menerapkan kembali pembatasan sosial dan menghentikan penerbangan dari delapan negara. Sementara itu, penutupan sekolah di AS semakin cepat karena jumlah kasus yang melonjak.
Sejauh ini data menunjukkan ekonomi AS mampu bertahan dalam menghadapi varian Omicron. Menjelang data non-farm payroll AS hari Jumat, laporan pekerjaan swasta Rabu menunjukkan perusahaan-perusahaan AS pada bulan Desember menambahkan pekerjaan terbanyak dalam tujuh bulan, menunjukkan pengusaha mampu mengisi jumlah posisi terbuka yang mendekati rekor.