Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melesat pada akhir perdagangan, Rabu (5/1/2022), di Asia setelah permintaan logam safe-haven didorong oleh kekhawatiran atas lonjakan kasus varian Omicron yang berisiko menghambat pemulihan ekonomi global di tengah data ekonomi AS yang mengecewakan.
Dikutip dari Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terangkat US$14,5 atau 0,81 persen menjadi ditutup di US$1.814,60 per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (3/1/2022), emas berjangka menguat US$8,3 atau 0,46 persen menjadi US$1.814,10.
"Tahun ini dimulai dengan rekor tertinggi baru untuk pasar ekuitas AS, tetapi karena sulit untuk menentukan apakah kenaikan beruntun ini akan berlanjut, investor sudah mulai kembali ke aset-aset yang aman," ujar Ed Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
Moya juga melihat dampak Omicron akan paling terasa di sisi inflasi dan pemulihan ekonomi.
Wall Street memangkas kenaikan setelah awal yang optimis untuk Tahun Baru karena investor memutar kembali pengambilan risiko setelah data menunjukkan manufaktur AS melambat bulan lalu dan kekhawatiran Covid-19 tetap ada.
Lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) melaporkan pada Selasa (4/1/2022) bahwa indeks manufaktur AS turun menjadi 58,7 persen pada Desember 2021 dibandingkan dengan 61,1 persen pada November. Angka tersebut adalah yang terendah sejak 58,7 yang diraih pada Januari 2021.
Baca Juga
Pada hari yang sama, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa pengusaha-pengusaha AS mencatat 10,6 juta lowongan pekerjaan pada November 2021, turun dari 11,1 juta pada Oktober.
Lebih lanjut, emas juga menemukan dukungan tambahan karena investor bereaksi terhadap data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins bahwa Amerika Serikat mencatat 1.083.948 kasus infeksi Covid-19 pada Senin (3/1/2022), lebih dari dua kali lipat rekor sebelumnya 486.428 yang ditetapkan empat hari lalu.
Beberapa negara bahkan telah memberlakukan pembatasan baru untuk mengatasi lonjakan kasus yang didorong oleh varian baru.
Kekhawatiran seputar varian Omicron telah memicu tawaran safe-haven dalam emas, TD Securities menulis dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa, "harga emas yang lebih tinggi tidak konsisten dengan harga pasar global dalam probabilitas 70 persen untuk kenaikan suku bunga Fed pada Maret, yang membatasi harga."
Emas, yang tidak menawarkan imbal hasil sendiri, cenderung tidak disukai investor saat suku bunga naik.
"Kekhawatiran inflasi yang baru dapat menghantam pasar dalam waktu dekat dan melemahkan selera risiko karena imbal hasil obligasi kemungkinan akan terus meningkat," ujar Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, mengatakan dalam sebuah catatan.
Keuntungan emas terjadi meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih tinggi dan dolar lebih kuat, dengan para pedagang berjangka dana Fed memperkirakan tiga kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve hingga akhir 2022.
Investor juga menunggu laporan pekerjaan bulanan AS yang akan keluar pada Jumat (7/1/2022), yang dapat membantu memandu arah harga emas.