Bisnis.com, JAKARTA – Selama January Effect, tiga sektor saham seperti pertambangan, perbankan dan menara telekomunikasi akan menjadi pendorong indeks harga saham gabungan.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana optimistis selama Januari IHSG bakal terdorong naik. Menurutnya ada beberapa sektor yang bakal menopang pertumbuhan.
“Untuk saat ini sektor pertambangan terutama batu bara karena harga jual yang sedang tinggi. Di luar itu, ada sektor perbankan dan juga telekomunikasi terutama menara,” katanya kepad Bisnis, Senin (3/1/2021).
Wawan menambahkan untuk emiten batu bara, investor bisa mulai mencermati saham seperti ADRO atau ITMG. Menurutnya sektor tersebut akan ditopang oleh harga komoditas yang meningkat. Selain itu, fundamental perseroan terkerek pada tahun lalu serta 2022.
Adapun terkait penghentian ekspor batubara oleh pemerintah, lanjutnya, tidak akan terlalu berpengaruh besar. Sebab sejauh ini belum ada aturan konkrit akan hal tersebut.
Sementara, pada sektor perbankan adalah saham-saham Bank Himbara atau bank swasta seperti BBCA. Menurutnya jika ekonomi terus pulih maka fundamental perseroan bakal terdorong. Begitu juga dengan harga sahamnya.
Baca Juga
Wawan menambahkan agar investor mulai melirik sektor menara sebagai sektor defensif. Pasalnya apa pun yang terjadi kebutuhan data akan terus meningkat. Di sisi lain, target penggunaan 5G juga akan menambah daya gedor kinerja.
“Hal yang paling ditakutkan adalah adanya pembatasan lagi karena libur akhir tahun. Meski terjadi pembatasan, berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, kinerja emiten menara tetap saja bagus,” katanya.
Sementara itu, IHSG menanjak pada hari pertama perdagangan 2022.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 1,27 persen menjadi 6.665,30 pada akhir perdagangan Senin (3/1/2022). Di sepanjang hari perdaganga, indeks komposit bergerak pada rentang 6.586,13 - 6.677,19.
Sebanyak 321 saham menguat, 215 saham melemah, dan 148 saham diperdagangkan stagnan hari ini. Kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia tercatat Rp8.404,32 triliun.