Bisnis.com, JAKARTA – Pada akhir perdagangan 2021, rupiah melemah seperti mata uang lain di kawasan Asia Pasifik.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup turun 0,10 persen menjadi Rp14.270 per dolar AS pada Kamis (30/12/2021). Sejak awal tahun mata uang Garuda koreksi 1,57 persen.
Pelemahan rupiah terjadi bersamaan dengan apresiasi mata uang yen Jepang yang terkoreksi 0,20 persen, yuan China turun 0,15 persen, won Korea Selatan melemah 0,20 persen, dan baht Thailand naik 0,48 persen.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama dunia menguat 0,24 persen menjadi 96.16.
Pelemahan rupiah sebelumnya juga telah diantisipasi oleh beberapa analis. Misalnya Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Suabi yang mengatakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif di rentang Rp14.230 sampai dengan Rp14.270.
“Beberapa investor memperingatkan bahwa masih sulit untuk membaca arah nyata dolar dari pergerakannya baru-baru ini karena banyak pedagang yang libur untuk liburan,” katanya dalam keterangan resmi pada Rabu (29/12/2021).
Baca Juga
Selain itu, dia memperkirakan The Fed akan mulai menaikkan suku bunga sebelum beberapa bank sentral utama lainnya seperti Bank Sentral Eropa, dan ini telah membantu indeks dolar untuk mencapai tahun terbaiknya pada tahun 2021 sejak 2015.
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan hari terakhir di tahun 2021, Kamis (30/12/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.00 WIB IHSG parkir pada posisi 6.581,48, atau turun 0,29 persen. Kapitalisasi pasar terpantau sebesar Rp8.284,87 triliun.
Tercatat, 209 saham menguat, 342 saham melemah dan 130 saham bergerak ditempat. Investor asing tercatat masih membukukan aksi net foreign sell Rp305,89 miliar.