Bisnis.com, JAKARTA - PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) menambah fasilitas kredit pinjaman menjadi Rp1 triliun dari semula sebesar Rp750 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi, fasilitas pinjaman tersebut diberikan oleh Bank BCA. Adapun dana tersebut rencananya akan digunakan oleh beberapa anak usaha TOWR, di antaranya PT Profesional Telekomunikasi (Protelindo), PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR), dan PT Iforte Solusi Infotek (Iforte).
Manajemen menyatakan bahwa tidak ada dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan setelah ditandanganinya perjanjian.
Sementara itu, harga saham TOWR ditutup stagnan pada level Rp1.145 per saham pada hari ini (13/12). Investor asing pun tercatat tidak terlalu bernafsu melakukan pembelian dengan total Rp4,99 miliar.
Ketika dihubungi Bisnis, Wakil Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Adam Ghifari mengaku optimistis kinerja perseroan bakal makin ciamik pada kuartal IV/2021. Sebab perseroan mulai mengonsolidasikan laporan buku kedua perusahaan.
“Tahun ini pertumbuhan bisnis kami cukup baik dan di kuartal IV kami mulai konsolidasikan angka-angka SUPR ke TOWR,” katanya kepada Bisnis, dikutip Senin (13/12/2021).
Baca Juga
Di sisi lain, sebagai pemegang saham pengendali, TOWR melalui anak usaha Protelindo telah menjadi penjamin bagi SUPR untuk mendapatkan fasilitas pinjaman sebesar Rp5,25 triliun.
Manajemen SUPR pun menargetkan pendapatan tahun ini bisa tumbuh antara 8 persen sampai dengan 11 persen. Mengacu pada torehan semester I/2021, perseroan telah mampu merealisasikan target dengan tumbuh 11 persen menjadi Rp1,04 triliun.
Adapun target pendapatan hingga akhir tahun berpotensi naik menjadi Rp2,11 triliun dibandingkan dengan torehan 2020 Rp1,92 triliun. Dengan begitu, potensi pemasukan TOWR bertambah berkali lipat.
Selain itu, SUPR dalam fase penambahan menara baru sebanyak 200-300 menara. Untuk jaringan fiber, SUPR mentargetkan penambahan sebanyak 3.000 kilometer tahun ini.
Sementara itu, Analis Henan Putihrai Steven Gunawan mengatakan hampir 85 persen dari jumlah aset menara di Indonesia dikuasai oleh TOWR, TBIG & Mitratel.
Maka itu, pemain berskala kecil akan sulit bertahan karena high-barrier-to-entry pada industri ini memerlukan investasi yang besar, economis-of-scale serta adanya high-switching-costs bagi operator telko untuk berpindah-pindah antar menara.
“Akuisisi SUPR mengkukuhkan TOWR sebagai operator menara tetap terbesar pertama dari segi jumlah menara, jumlah tenants, pendapatan, EBITDA, laba bersih dan ROE,” katanya.
Steven menambahkan posisi low-financial-leverage memberikan ruang bagi perseroan untuk menjaring pendanaan lebih lanjut. Meski demikian, resiko beban pembayaran bunga hutang dapat membengkak seiring kebutuhan pendanaan untuk membiayai ekspansi berkelanjutan dan debt-refinancing.
Steven merekomendasikan beli bagi TOWR dengan merevisi target harga dari Rp1.575 menjadi Rp1.650 per saham. Jumlah penyewa juga meningkat mencapai 53.000 sedangkan rasio tenansi diestimasikan meningkat menjadi 1,89x, dari saat ini 1,86x.