Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten startup PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) terus dihajar kiri investor, sehingga harga sahamnya terus merosot pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (7/12/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham emiten bersandi BUKA tersebut merosot 30 poin alias 6,58 persen ke level 426 pada pukul 09.20 WIB. Saham BUKA pun mentok batas auto reject bawah (ARB). Harga sahamnya terus menjauhi level saat IPO di harga 850.
Saham BUKA juga menjadi yang paling banyak dilego investor asing hingga pukul 09.49 WIB dengan net sell Rp43,6 miliar.
Pada pembukaan harga sahamnya turun ke level Rp432 dari penutupan sebelumnya di harga Rp456. Kapitalisasi pasarnya merosot menjadi Rp43,9 triliun dengan valuasi PER -29,22 kali.
Kendati merosot tajam beberapa waktu terakhir, Bursa Efek Indonesia (BEI) belum akan menyetop perdagangan saham BUKA.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian Manullang mengatakan bursa akan melakukan suspensi saham apabila memenuhi beberapa faktor. Di antaranya terdapat pergerakan harga, volume, frekuensi transaksi dan atau pola transaksi yang tidak biasa dari saham tertentu.
Baca Juga
“Dengan demikian, saham tertentu bisa saja memiliki potensi disuspen oleh karena mencapai parameter-parameter dari hal-hal tersebut,” katanya Senin (6/12/2021).
Di sisi lain, harga saham Bukalapak mengalami auto reject bawah (ARB) hingga menyentuh level Rp456 kemarin. Adapun dalam 11 hari terakhir, harga saham emiten teknologi itu telah mengalami koreksi berturut-turut.
Meski demikian, JP Morgan memasang target harga Bukalapak bisa naik hingga Rp1.000 per saham hingga Desember 2022.
Tim riset JP Morgan menilai perseroan tengah meramu model bisnis baru bagi marketplace. Mereka menilai BUKA akan menggesernya model bisnis seperti department store ke koleksi toko khusus.
Saat ini Bukalapak menawarkan dua platform khusus itemku untuk voucher game dan B-money yaitu marketplace investasi. Manajemen menjelaskan bahwa ada platform khusus lainnya yang dikembangkan, seperti bahan makanan dan gadget bekas terinspirasi oleh Back Market yang menjual perangkat elektronik rekondisi.
“Platform khusus memungkinkan Bukalapak menghasilkan take rate yang lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional platform e-commerce seperti department store misalnya itemku menghasilkan 8-9 persen tingkat pengambilan,” sebut tim.
Selain itu, Bukalapak sedang bertujuan untuk menyediakan layanan end-to-end bagi pedagang online informal yang menjual melalui Instagram atau Whatsapp melalui model bisnis etalase seperti BukuMitra, BukaSend, dan gerbang pembayaran online.