Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Segmen Marketplace Bukalapak (BUKA) Kurang Nendang, Biang Kerok Saham Anjlok?

Harga saham BUKA ditutup pada level Rp500 per saham pada Kamis (2/12/2021) atau turun 1,96 persen. Harga itu semakin menjauh dibandingkan dengan harga penawaran Rp850 per saham.
Warga mengakses aplikasi Bukalapak di Jakarta, Kamis (5/8/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga mengakses aplikasi Bukalapak di Jakarta, Kamis (5/8/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja segmen marketplace PT Bukalapak.com Tbk. selama kuartal III/2021 mencatat pertumbuhan jauh lebih lambat dari lini online to offline (O2O).

Pada kuartal III/2021, emiten teknologi itu membukukan pendapatan dari segmen marketplace sebesar Rp780,41 miliar. Jumlah itu naik 5,17 persen dibandingkan dengan tahun lalu Rp742 miliar.

Meskipun tumbuh, tapi masih kalah jauh dari segmen mitra yang meningkat 322,83 persen. Lini bisnis tersebut membukukan pendapatan sebesar Rp496,70 miliar.

Total processing value (TPV) Mitra pada periode 9 bulan, bertambah sebesar 179 persen menjadi Rp 40,0 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi Mitra terhadap TPV Perseroan meningkat dari 33 persen pada kuartal III/2020 menjadi 51 persen pada periode yang sama tahun ini.

Manajemen mengatakan semua itu berkat berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bukalapak kepada para Mitra. Pada akhir September 2021, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 10,4 juta, meningkat dari 6,9 juta pada akhir Desember 2020.

Meski demikian, total beban penjualan dan pemasaran yang dikeluarkan oleh BUKA untuk segmen Mitra juga mengalami peningkatan sebesar 80,29 persen. Total pengeluaran mencapai Rp523,46 miliar dari tahun sebelumnya Rp290,33 miliar.

Hal tersebut membuat biaya ekspansi atau penambahan mitra menjadi tinggi. Sebanding dengan kontribusi Mitra Bukalapak terhadap pendapatan perseroan meningkat dari 19 persen pada kuartal III/2020 menjadi 43 persen pada periode yang sama tahun ini.

Di sisi lain, pelemahan kinerja segmen marketplace justru membuat analis menjadi gusar terhadap bisnis utama perseroan. Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan pihaknya dalam waktu dekat akan merevisi target harga yang sebelumnya dipatok Rp1.435 per saham.

“Kami akan memangkas target harga, untuk saat ini kami masih sesuaikan,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (2/12/2021).

Menurutnya salah satu penyebab revisi target adalah kinerja bisnis marketplace yang di luar ekspektasi. Menurutnya, lini bisnis utama Bukalapak itu cenderung melambat bahkan tidak mengalami perkembangan.

Padahal secara industri, lanjutnya, bisnis e-commerce masih mengalami pertumbuhan. “Hasil mereka kurang baik kan kemarin bisa dibilang agak mengecewakan bagi yang marketplace, meskipun segmen Mitra tumbuh dengan baik,” katanya.

Selain itu, awalnya Sucor mengasumsikan TPV segmen marketplace BUKA juga akan mengalami pertumbuhan signifikan. Namun, perkiraan tersebut meleset sehingga target harga perlu dihitung kembali.

BUKA, lanjutnya, berkemungkinan sengaja tidak mengejar kompetisi pada segmen marketplace. Alih-alih melakukan promosi pada segmen e-commerce, perseroan justru menghabiskan dana untuk meningkatkan kapabilitas dan profitabilitas segmen Mitra.

Dia bahkan meyakini pada tahun depan, segmen Mitra berpotensi mengungguli torehan bisnis marketplace. “Secara kontribusi TPV dari Mitra di kuartal III saja sudah tinggi. Pada 2022 kontribusi TPV Mitra bisa melebihi marketplace kalau ritmenya masih begini,” katanya.

Sementara itu, harga saham BUKA ditutup pada level Rp500 per saham pada Kamis (2/12/2021) atau turun 1,96 persen. Harga itu semakin menjauh dibandingkan dengan harga penawaran Rp850 per saham.

Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan harga terkini telah mencerminkan fundamental perseroan. Pasalnya, emiten teknologi itu masih membukukan rugi bersih hingga sekarang.

Menurutnya, bila menggunakan valuasi sektor fintek maka yang dikejar adalah pertumbuhan jumlah pengguna dan volume transaksi. “Jadi sepanjang dua hal ini tidak menunjukan growth yang siginifikan maka menunggu BUKA menjadi profitable membutuhkan waktu yang panjang,” katanya kepada Bisnis.

Wawan menambahkan jika model bisnis marketplace yang dilakoni oleh Bukalapak bergantung pada transaksi pengguna dengan mitra. Terlebih, BUKA sudah menjadi perusahaan publik tentunya kinerja fundamental dan prospek ke depan akan dibandingkan dengan emiten lain.

“Sementara untuk jumlah pengguna dan transaksi perlu dibandingkan dengan perusahaan sejenis,” katanya.

Analis RHB Sekuritas Michael Setjoadi mengatakan terdapat potensi saham emiten teknologi itu naik hingga level Rp1.300 dalam 12 bulan ke depan. Pasalnya perseroan mampu menurunkan kerugian bersih pada periode kuartal III/2021.

Kerugian bersih berada di level Rp1,1 triliun turun dibandingkan dengan tahun lalu Rp1,4 triliun.  Menurutnya, Bukalapak telah memperkirakan topline 2021 sebesar Rp1,9 triliun hingga Rp2 triliun. Dengan demikian EBITDA berpotensi menjadi positif pada 2023.

Dia pun membeberkan jika Bukalapak sedang menjajaki usaha mikro, kecil & menengah (UMKM) lainnya. BUKA bertujuan untuk memanfaatkan vertikal UMKM lainnya, misalnya restoran, bengkel mobil, toko bahan bangunan, barbershop, dan lain-lain.

“Mereka pun telah meluncurkan sejumlah penawaran produk untuk mendukung hal tersebut, misalnya BukaSend, BukuMitra, dan QRIS. Penerimaannya positif, dengan layanan ini berhasil memposting dengan kuat pertumbuhan,” katanya.

BUKA berniat meluncurkan produk lain, misalnya produk segar, e-wallet, dan topup. Menurutnya strategi itu akan membantu mendorong pertumbuhannya, ke depan.

“Apalagi perusahaan berencana untuk meluncurkan lebih banyak toko khusus dengan berkolaborasi dengan sejumlah mitra terkemuka di bidangnya. BUKA meyakinkan bahwa skema kemitraannya akan menjadi non-eksklusif, memungkinkan perusahaan untuk bermitra dengan banyak perusahaan,” sebutnya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper