Bisnis.com, JAKARTA – Untuk melancarkan rencana meraup pendapatan 50 : 50 dari bisnis batu bara dan non-batu bara, PT Indika Energy Tbk. menegaskan terbuka pada segala opsi, termasuk divestasi aset tambang.
CEO Indika Energy Aziz Armand mengatakan emiten bersandi INDY membuka semua opsi secara strategis, baik divestasi, kerja sama, kombinasi keduanya, dan apa pun bentuknya, untuk menyeimbangkan bisnis batu bara dan non-batu bara.
“Apa pun itu, yang ujungnya menurunkan eksposur terhadap carbon footprint dan pendapatan 50 – 50. Kita terbuka sekali opsi apa saja yang tersedia buat kita, dari sisi kepemilikan kita terhadap aset-aset kita di sektor batu bara,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (15/11/2021).
Adapun, motor pendapatan Indika Energy masih dari bisnis batu bara, terutama PT Kideco Jaya Agung. Disinggung mengenai rencana divestasi aset Kideco, Azis menyampaikan berbagai kemungkinan terbuka, meskipun belum ada rencana yang sudah pasti.
"Rencana yang dalam arti ada di atas meja saya, itu belum, tetapi terbuka opsinya."
Melihat saat ini permintaan batu bara, kebutuhan pemenuhan batu bara, terutama di Asia Pasifik ini masih tinggi, INDY tetap pada pendiriannya untuk melakukan transisi energi.
Baca Juga
“Kita tidak bisa melihat saat ini saja berkaitan dengan transisi energi. Pemerintah juga sudah aware dengan mengeluarkan RUPTL baru 2021 sampai 2030 terkait energi terbarukan. Itu semua berkaitan,” kata Aziz.
Selama masa transisi energi diakui memang menjadi masa kritikal, INDY pada akhirnya harus ikut serta, punya kewajiban terkait transisi energi, memperhatikan dari sisi konsolidasi keuangan dan tenaga kerja.
“Tenaga kerja di INDY sendiri juga perlu penyesuaian tertentu. Ini hal yang baru buat kita,” tambahnya.
Kendati demikian, dalam jangka pendek, Aziz mengatakan batu bara itu masih akan memiliki peranan besar pada energi dunia. Namun, dalam konteks transisi energi, diharapkan peranan tersebut akan mengalami penurunan di masa mendatang.