Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dan mayoritas mata uang di Asia mengalami penguatan di tengah pelemahan indeks dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (9/11/2021).
Mengutip data Bloomberg, Selasa (9/11/2021), rupiah ditutup menguat 10,5 poin atau 0,07 persen ke Rp14.249 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS tercatat melemah 0,06 persen ke posisi 93,98.
Selain itu, mata uang dolar Taiwan menguat 0,28 persen ke 27,75 dolar Taiwan per dolar AS. Mata uang won Korea Selatan menguat 0,52 persen ke 1.176,96 won per dolar AS. Selanjutnya, yen Jepang menguat 0,26 persen ke 112,93 yen per dolar AS.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Inrahim Assuaibi mengatakan pelemahan dolar AS terjadi setelah Presiden Bank Fed Chicago Charles Evans mengakui pada Senin bahwa dia tak yakin terkait inflasi yang tetap tinggi dari sebelumnya. Namun, masih mengharapkan The Fed tidak perlu menaikkan suku bunga sampai 2023.
Selain itu, Bank of England juga memberikan kejutan bagi pasar pada pekan lalu, ketika mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 0,10 persen.
Analis Standard Chartered Steve Englander dan John Davies memperkirakan kenaikan akan terjadi pada kuartal ketiga 2022. Standard Chartered menilai, pembahasan kenaikan suku bunga akan mereda untuk sementara waktu.
Baca Juga
Dari dalam negeri, pasar tengah merespons positif pada keputusan pemerintah yang menyampaikan realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 baru mencapai Rp456,35 triliun per 5 November 2021 atau setara 61,3 persen dari pagu anggaran PEN di tahun 2021 sebesar Rp744,77 triliun.
Kemudian, realisasi di klaster perlindungan sosial telah mencapai 60,5 persen atau naik dari Rp66,43 triliun pada kuartal II/2021 menjadi Rp112,87 triliun. Adapun, realisasi program prioritas mencapai 50,5 persen atau Rp 59,51 triliun dan realisasi klaster dukungan UMKM dan korporasi sebanyak 42 persen atau Rp68,35 triliun.
“Selanjutnya dari segi perekonomian dilihat dari resiliensi perekonomian baik dari cadangan devisa, neraca perdagangan, nilai tukar, IHSG yang walau fluktuatif namun relatif stabil dan level utang luar negeri sekitar US$425,5 miliar dan inflasi terjaga 1,6 - 1,97 persen. Ini menunjukan kinerja yang positif sehingga pemerintah tetap optimistis pertumbuhan hingga akhir 2021 bisa dicapai pada angka 3,7 - 4 persen,” terangnya.
Untuk perdagangan Rabu (10/11/2021), Ibrahim memprediksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.230 – Rp14.280 per dolar AS.