Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terpantau menguat pada awal perdagangan Jumat (5/11/2021) jelang rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat 0,06 persen atau 8,5 poin ke level Rp14.357,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau stagnan pada level 94,35.
Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai rupiah akan terus melemah terhadap dolar AS di periode krusial tapering The Fed ini.
“Untuk perdagangan hari ini mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.340--Rp14.390," urainya, Kamis (4/11/2021).
Pasar akan memantau rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III/2201, yang diperkirakan sebesar 4,1 persen secara tahunan.
Dia menilai pelemahan rupiah kemarin akibat dolar menghentikan penurunannya pada hari Kamis setelah melemah sehari sebelumnya ketika investor mencerna keputusan kebijakan terbaru dari Federal Reserve AS yang akan memulai pengurangan aset atau tapering off mulai bulan ini.
Baca Juga
Namun, Ibrahim mengatakan bahwa hal tersebut tak membawa banyak pengaruh lantaraan keputusan tapering kali ini tidak diikuti dengan kenaikan suku bunga.
“Ini juga terjadi karena ada andil dari krisis energi, yang membuat harga gas alam naik, ini akan membahayakan pemerintah Amerika, karena pemerintah Amerika mesubsidi gas hampir 60 persen, sehingga Bank sentral akan berpikir ulang untuk menaikan suku bunga,” jelasnya.
Selain itu, PDB Amerika juga turun, sehingga mengindikasikan bahwa memang belum waktunya untuk menaikkan suku bunga.
“Walaupun tadi malam The Fed sudah mengumumkan akan melakukan tapering, tapi pelaku pasar tetap fokus dengan masalah suku bunga,” ujarnya.
Ibrahim mengatakan untuk keputusan tapering off akan berpengaruh pada rupiah. Namun, ini sifatnya sementara.
“Paling 5 hari kerja harga akan terkoreksi kemudian harga akan stabil. Kecuali The Fed mengumumkan akan menaikan suku bunga, ceritanya akan beda lagi,” pungkasnya.