Bisnis.com, JAKARTA - Upaya menekan impor produk baja Tanah Air terus dilakukan, di tengah dorongan pemerintah utuekspor produk baja, untuk menggantikan ekspor komoditas seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani mengatakan, emiten baja dalam negeri masih harus mewaspadai baja impor meski upaya penurunan impor produk baja terus dilakukan.
"Emiten baja juga harus mewaspadai safeguard dari beberapa negara terkait baja dari Indonesia," ucap Yaki, dikutip Minggu (24/10/2021).
Yaki melihat, dari dalam negeri, sektor baja masih memiliki peluang akan tumbuhnya bisnis otomotif dan berjalannya kembali proyek-proyek infrastruktur dan properti. Menurutnya hal ini menjadi katalis positif bagi industri baja nasional.
Menurutnya, salah satu emiten baja yang menarik untuk dicermati adalah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS). Selain karena kinerjanya yang telah membukukan laba, prospek saham KRAS juga akan didorong oleh rencana perseroan yang akan menambah kapasitas hot rolled coil (HRC).
"Selain itu, ada wacana untuk menggunakan baja dari KRAS sebagai salah satu bahan pembuatan mobil listrik," katanya.
Baca Juga
Yaki menyebut KRAS memiliki potensi buy selama saham perseroan berada di Rp550. Adapun target price dari emiten pelat merah ini ada di rentang Rp650-Rp690.
Pada penutupan perdagangan Jumat (22/10/2021), saham KRAS ditutup terkoreksi 15 poin atau 2,73 persen ke harga Rp535. Saham KRAS memiliki kapitalisasi pasar Rp10,35 triliun dengan price to earning 10,98 kali.