Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Dibuka Hijau Jelang Musim Laporan Laba Emiten

Kenaikan harga komoditas baru-baru ini secara luas telah mengancam akan memberikan tekanan lebih lanjut pada margin emiten.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Selasa (12/10/2021) waktu setempat menjelang musim laporan laba emiten untuk kuartal III/2021.

Berdasarkan data Bloomberg pada 20.31 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka menguat 0,11 persen ke 34.532,33, sementara S&P 500 naik 0,9 persen ke 4.365,30, sedangkan Nasdaq melonjak 0,15 persen ke 14.508,08.

S&P 500, Dow dan Nasdaq masing-masing naik tepat setelah bel pembukaan perdagangan. Minyak mentah berjangka West Texas melayang di dekat level tertinggi tujuh tahun, dengan kendala pasokan dan permintaan bahan bakar yang meningkat. Alhasil, hal ini mendorong harga lebih tinggi selama tujuh minggu terakhir berturut-turut.

Bagi investor, kenaikan harga komoditas baru-baru ini secara luas telah mengancam akan memberikan tekanan lebih lanjut pada margin perusahaan. Para perusahaan tercatat telah bergulat dengan sejumlah tantangan dari sisi penawaran, termasuk kemacetan pelabuhan dan kelangkaan tenaga kerja, yang diperkirakan akan menyeret pertumbuhan laba menuju musim pendapatan kuartal ketiga akhir pekan ini dan selama bulan depan.

Adapun kenaikan suku bunga acuan juga telah meningkatkan momok biaya pinjaman yang lebih tinggi bagi perusahaan. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sempat bertahan di atas 1,61 persen pada Senin waktu setempat, yang mencerminkan level tertinggi sejak Juni 2021.

"Kami benar-benar ketakutan tentang harga minyak mentah ... [dan] tentang suku bunga yang sedikit lebih tinggi,” kata David Bailin, kepala investasi Citi Private Bank kepada Yahoo Finance.

Namun, lanjutnya, pelaku pasar harus menempatkan semua sentimen tersebut dalam konteks. Semisal, harga energi tinggi karena permintaan yang berlebihan saat ini dan kekurangan pengiriman di seluruh Eropa dan China.

Hal-hal ini akan mereda. Kami pikir itu akan memakan waktu antara tiga dan sembilan bulan untuk pasokan energi,” tambahnya.

Ahli strategi investasi yang lain juga menyarankan agar investor mencermati tantangan terkait pasokan energi jangka pendek yang dihadapi pasar.

"Kita akan menghadapi masalah pasokan sedikit lebih lama di sini, tapi saya pikir itu akan berhasil. Bagian yang menyenangkan tentang ekonomi dan pasar AS secara umum adalah mereka mengikuti apa yang dilakukan konsumen AS, dan konsumen AS ingin belanja. Itulah mengapa kami masih positif di pasar,” kata Jeremy Bryan, manajer portofolio untuk Gradient Investments.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper