Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi perekonomian dalam negeri yang kondusif akan menjadi katalis positif bagi pergerakan imbal hasil (yield) Surat Utang negara (SUN) Indonesia pada sisa tahun 2021.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan pergerakan imbal hasil SUN Indonesia masih berpotensi menguat hingga akhir tahun. Menurutnya, peluang imbal hasil SUN Indonesia berada di bawah level 6 persen pada akhir tahun juga masih cukup terbuka.
“Saya masih yakin yield SUN Indonesia bisa berada di kisaran 5,75 persen hingga 6 persen pada akhir 2021,” katanya saat dihubungi Bisnis pada Kamis (7/10/2021).
Handy memaparkan, outlook positif pergerakan yield tersebut utamanya ditopang oleh sejumlah sentimen positif dari dalam negeri. Memasuki akhir tahun, pasokan surat berharga negara (SBN) Indonesia diprediksi akan semakin berkurang seiring dengan realisasi defisit anggaran pada tahun ini juga diprediksi akan lebih rendah dari target.
Selain itu, kondisi pasar SUN juga didukung oleh kelanjutan burden sharing antara pemerintah dengan Bank Indonesia atau yang disebut sebagai SKB III. Dalam kesepakatan tersebut, BI akan melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp215 triliun di 2021 dan Rp224 triliun di 2022.
Di sisi lain, kondisi perekonomian RI sejauh ini juga cenderung positif ditengah kondisi pandemi virus corona. Hal tersebut tercermin dari sejumlah rilis data yang menunjukkan hasil-hasil optimal.
Baca Juga
“Inflasi massh tetap rendah, data current account deficit juga relatif rendah, sehingga FX reserve mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa. Ini mendukung stabilitas rupiah ke depannya dan juga pasar SUN Indonesia,” jelasnya.
Menurutnya, pergerakan positif yield SUN Indonesia dapat terjadi dengan sejumlah asumsi positif dari pasar global. Ia mengatakan, isu plafon utang (debt ceiling) AS kemungkinan dapat disetujui sehingga akan mengurangi risiko volatilitas pasar.
Di sisi lain, indikasi tapering yang akan dilakukan The Fed juga diprediksi akan terjadi secara bertahap atau gradual. Selain itu, The Fed juga belum memberikan indikasi akan menaikkan tingkat suku bunga secara terburu-buru.
“Krisis Evergrande juga diprediksi akan dapat dilewati, karena asumsinya kemungkinan akan ada bailout dari pemerintah China,” pungkasnya.