Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Koreksi Akibat Profit Taking, Ada Potensi Rebound

Pada pagi ini, harga minyak WTI kontrak November 2021 koreksi 0,42 persen atau 0,32 poin menjadi US$75,56 per barel.
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melemah pagi ini terkena aksi profit taking. Namun demikian, harga diprediksi meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan. 

Pada perdagangan Senin (4/10/2021) pukul 08.10 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2021 koreksi 0,42 persen atau 0,32 poin menjadi US$75,56 per barel. Harga minyak Brent kontrak Desember 2021 turun 0,37 persen atau 0,29 poin menuju US$1.78,99 per barel.

Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan di tengah pelemahan dolar AS dan ekspektasi permintaan bahan bakar yang meningkat, harga minyak berpeluang melanjutkan kenaikan.

"Harga minyak WTI berpeluang dibeli untuk menguji level resisten US$76,75 selama harga bertahan di atas level support US$75,35," papar Monex.

Dalam skenario alternatif, penurunan lebih rendah dari level support tersebut berpeluang memicu aksi jual terhadap harga minyak menguji level support selanjutnya US$74,75.

Level Support : 75.35 - 75.05 - 74.75

Level Resistance : 76.15 - 76.45 - 76.75

Global Head of Pricing & Market Insight S&P Global Platts Dave Ernsberger menilai pasar saat kondisi pasar minyak dan gas saat ini sudah mulai berubah dibandingkan dengan tahun lalu, ketika pandemi baru menyerang delapan bulan.

“Dulu banyak ketakutan, ketidakpastian, atau vaksin. Namun, sekarang setahun kemudian, permintaan terus menerus masuk. Permintaan sudah mulai membaik, menuju perbaikan ke kondisi pasar seperti pada 2019 atau lebih baik,” ujarnya pada podcast dengan S&P Global Platts, dikutip Minggu (3/10/2021).

Ernsberger melihat, dibandingkan dengan pada 2020, di beberapa negara pengguna migas, di mana penggunaan migas juga menjadi faktor pendorong ekonomi, vaksinasi sudah berjalan cukup baik dan permintaan sudah mulai naik, sehingga ke depan dia lebih percaya diri pada pasar minyak dan gas.

Namun, menanggapi kemungkinan harga minyak mencapai US$100 per barel, Head of Global Demand and Asia Analytics S&P Global Platts, Kang Wu menilai kehancuran permintaan mnyak juga tak bisa terhindarkan kalau semisal harga minyak benar-benar mencapai US$100.

“Sekarang harga minyak sudah mencapai di kisaran US$80 per barel, walaupun permintaan mulai naik tapi bisa saja anjlok ketika harganya naik terlalu tinggi, walaupun sekarang belum setinggi itu,” kata Wu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper