Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Dibuka Melemah Menuju Rp15.985, Dolar AS Perkasa

Nilai tukar rupiah melemah 61,50 poin atau 0,39% menuju level Rp15.985 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (17/5/2024).
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah menuju level Rp15.985 pada Jumat (17/5/2024). Pada saat bersamaan, dolar AS mengalami penguatan.

Mengutip data Bloomberg, rupiah melemah 61,50 poin atau 0,39% menuju level Rp15.985 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS dibuka menguat 0,15% menuju posisi 104,61.

Adapun mata uang lain di kawasan Asia mayoritas dibuka melemah. Won Korea mencatatkan pelemahan 0,80% dan yen Jepang sebesar 0,28%. Sementara itu, ringgit Malaysia, peso Filipina, serta baht Thailand kompak melemah masing-masing 0,03%, 0,26% dan 0,18%.

Padahal, pada perdagangan sebelumnya rupiah ditutup menguat 104,5 poin atau 0,65% menjadi Rp15.923 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS terkoreksi 0,04% ke level 104,308.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan dolar AS tertekan karena rilis data inflasi AS yang di bawah ekspektasi. Hal ini memunculkan kembali peluang pemangkasan suku bunga The Fed ke depannya.

“Data tersebut, yang juga diikuti oleh data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan, meningkatkan harapan bahwa inflasi akan semakin menurun dalam beberapa bulan mendatang, memberikan kepercayaan diri yang lebih besar kepada The Fed untuk mulai memangkas suku bunga,” paparnya dalam publikasi riset, dikutip Jumat (17/5/2024).

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya dan 3,4% dibandingkan tahun sebelumnya pada April, sebuah perlambatan dari bulan Maret. Inflasi inti, yang tidak mencakup biaya makanan dan bahan bakar, juga menurun.

Angka inflasi yang relatif di bawah ekspektasi menyebabkan imbal hasil Treasury 10-tahun turun 4,35%, level terendah dalam sebulan, dan memicu spekulasi baru mengenai penurunan suku bunga Fed segera pada bulan September.

Menurut CME FedWatch Tool, sekitar 70% trader memperkirakan setidaknya satu pemotongan suku bunga pada pertemuan September, peningkatan yang signifikan dari minggu lalu.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri Indonesia mencapai US$403,9 miliar atau Rp6.491,56 triliun (kurs Rp16.072 per dolar AS) pada akhir kuartal I/2024.

Posisi Utang Luar Negeri (ULN) pada periode tersebut turun jika dibandingkan dengan posisi ULN pada kuartal IV/2023 yang sebesar US$408,5 miliar atau Rp6.565,49 triliun.

Secara tahunan, ULN Indonesia pada kuartal I/2024 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,02% (year-on-year/yoy), setelah tumbuh 3,0% yoy pada kuartal sebelumnya.

Secara rinci, posisi ULN pada kuartal I/2024 tercatat US$192,2 miliar atau Rp3.089 triliun turun dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya sebesar US$196,6 miliar atau Rp3.159 triliun.

Ibrahim menyampaikan pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas pemerintah yang utamanya mencakup sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 21,1% dari total ULN pemerintah.

Di tengah situasi saat ini, dia memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada hari ini, tetapi ditutup menguat direntang Rp15.860 hingga Rp15.950 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper