Bisnis.com, JAKARTA - Harga rata-rata bulanan ayam pedaging di wilayah Jawa pada Agustus rebound 26 persen dibandingkan bulan sebelumnya, seiring dengan dimulainya kembali kegiatan ekonomi setelah PPKM Darurat.
Memasuki bulan September, harga broiler semakin menguat menjadi Rp17.000-Rp18.000 per kilogram atau naik 2,9-6,2 persen (mtd), karena pemerintah mengintensifkan program culling pada Agustus.
Pemerintah menyerukan culling lebih lanjut pada September dengan jumlah yang lebih rendah dari 75,6 juta telur tetas berusia 19 hari pada tingkat stok akhir (FS). Aksi tersebut sekaligus menjadi program culling ke delapan untuk tahun ini. Program culling ini mengalami penurunan sebesar 21 persen dari jumlah bulan sebelumnya. Intruksi tersebut berlaku efektif periode 8 September- 2 Oktober 2021 di Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Analis Mirae Asset Sekuritas Emma A. Fauni mengatakan seperti yang diharapkan program culling terus dilakukan meskipun pada skala yang lebih rendah, karena pemerintah mengantisipasi permintaan yang lebih besar pada pembukaan kembali ekonomi.
"Selama beberapa hari terakhir, stok unggas tertekan oleh hambatan terkait permintan Presiden untuk menurunkan harga pakan jagung, ditambah dengan meningkatnya kekhawatiran global ata gagal bayar Evergrande China," jelasnya melalui riset dikutip Sabtu (25/9/2021).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mendesak Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian untuk menurunkan harga jagung menjadi Rp4.500 per kg untuk mendorong harga pakan turun. Presiden bermaksud menyetujui impor jagung untuk meningkatkan pasokan jagung.
Baca Juga
Seiring dengan berita tersebut, harga saham unggas pada hari Senin turun seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA), dan PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) masing-masing sebesar 5,6 persen, 3,4 persen, 3,1 persen.
"Untuk saat ini, masalah tersebut masih belum jelas karena belum ada peraturan tertulis atau surat edaran menyusul pernyataan Presiden tersebut. Perlu dicatat bahwa integrator unggas saat ini tidak memiliki lahan pertanian jagung,"katanya.
Oleh karena itu,lanjutnya, jika harga jagung turun karena pemerintah meningkatkan pasokan jagung, integrator unggas justru diuntungkan karena jagung merupakan bahan baku utama untuk produksi pakan. Namun, karena peraturannya masih belum jelas, menurutnya, masih terlalu dini untuk mengukur dampaknya.
Untuk itu, dia mempertahankan rekomendasi overweight di sektor unggas dengan JPFA dan MAIN sebagai pilihan utama karena memperkirakan prospek pertumbuhan pendapatan yang agresif akan tetap ada di tengah tantangan makro ekonomi
"Pilihan teratas kami di bidang perunggasan adalah JPFA dan MAIN, saat ini diperdagangkan pada 2021 P/E masing-masing sebesar 6,4x dan 6,2x," katanya.