Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menargetkan dapat kembali mencatat pertumbuhan double digit pada tahun ini. Pertumbuhan ini seiring meningkatnya kinerja di berbagai lini bisnis perseroan.
Direktur Kalbe Farma Bernadus Winata menjelaskan Kalbe sudah memiliki strategi jelas untuk pertumbuhan beberapa tahun ke depan berdasarkan teknologi inovasi yang sudah dan tengah dilakukan.
Kalbe memberi produk lengkap memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat meliputi tak hanya obat-obatan kuratif, tapi juga preventif, diagnostik, hingga nutrisi, juga digital platform distribusinya.
"Itu yang bisa menjaga pertumbuhan Kalbe menjadi lebih baik untuk ke depan, tahun ini akan kembali ke pertumbuhan double digit begitu juga 2-3 tahun ke depan," jelasnya dalam konferensi pers, Rabu (8/9/2021).
Adapun, berdasarkan rencana bisnis yang sudah disiapkan, pertumbuhan bisnis dalam 3--5 tahun ke depan akan dikerek oleh program spesialisasi dari produk onkologi dan biologi perseroan yang akan mendukung pertumbuhan dalam jangka panjang.
Pada tahun ini, KLBF juga menargetkan kinerja tahun penuh penjualan dan laba bersih dapat tumbuh hingga 10 persen. Dengan asumsi nilai tukar rupiah Rp15.000 per dolar AS dengan proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia 4 persen-5 persen.
Baca Juga
Corporate Secretary dan Investor Relations Kalbe Farma Lukito Kurniawan Gozali menuturkan kinerja penjualan bersih perseroan secara konsolidasi sepanjang semester I/2021 naik 6,6 persen menjadi Rp12,37 triliun dari Rp11,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan dari masing-masing lini bisnis perseroan cukup signifikan dipimpin oleh lini bisnis distribusi dan logistik yang naik 15,6 persen menjadi Rp4,33 triliun dari Rp3,75 triliun.
Sementara, lini bisnis obat resep naik 5,4 persen menjadi Rp2,7 triliun dari Rp2,56 triliun. Lini bisnis produk kesehatan juga tumbuh 3,1 persen menjadi Rp2 triliun dari Rp1,94 triliun.
Sementara lini bisnis nutrisi turun tipis 0,05 persen menjadi Rp3,32 triliun dari Rp3,34 triliun.
Di sisi lain, perseroan juga berhasil menurunkan rasio operasional terhadap penjualan secara konsolidasian menjadi 28 persen dari rasio 29,7 persen. Dengan beban terbesar pada beban penjualan 22 persen, beban umum dan administratif 5,5 persen, penelitian dan pengembangan 1,2 persen.
"Pengendalian dan optimalisasi aktivitas pemasaran dilakukan secara efektif. Kegiatan penelitian dan pengembangan juga terus dilakukan guna mendukung pengembangan produk," urainya.
Laba sebelum pajak penghasilan pun meningkat 6,6 persen menjadi Rp1,92 triliun dari Rp1,8 triliun secara yoy. Laba bersih KLBF pun naik 7,9 persen menjadi Rp1,49 triliun dari Rp1,38 triliun dengan rasio 12,1 persen.