Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pengurangan pembelian aset oleh The Fed, atau tapering off, pada akhir tahun ini berpotensi menimbulkan negatif terhadap pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia dalam jangka pendek.
Sejauh ini pasar SUN bergerak sideways dengan kecenderungan negatif.
Data dari laman Asian Bonds Online ADB mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia seri acuan 10 tahun berada di kisaran 6,17 persen. Selama 1 pekan terakhir, yield SUN Indonesia tercatat menguat 20 basis poin.
1. Tapering The Fed di Depan Mata, Begini Imbasnya ke SBN Indonesia
Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga 19 Agustus 2021, tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tercatat sebesar Rp974,70 triliun atau 22,54 persen dari total surat utang.
Jumlah tersebut lebih rendah secara persentase dibandingkan kepemilikan asing pada periode Desember 2020 lalu, dimana asing memiliki 25,16 persen atau Rp973,91 triliun dari SBN Indonesia yang dapat diperdagangkan.
Likuiditas domestik serta langkah antisipatif bank sentral akan menjadi katalis positif yang dapat menekan isu tersebut.
Pembahasan selanjutnya dapat Anda baca di sini.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang milik PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) di Jakarta, Kamis (10/10/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
2. Saham-saham Dekapan Asabri, Setelah Bank Neo (BBYB) ke Akulaku
Keputusan PT Asabri (Persero) keluar dari PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) telah menarik perhatian investor.
Direktur Investasi Asabri Jeffry Haryadi P. Manullang menjelaskan bahwa perseroan memiliki sejumlah pedoman investasi yang terdiri dari Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan OJK, hingga ketentuan dalam RUPS dan internal perseroan.
Berdasarkan aturan-aturan itu, penempatan investasi di saham ditetapkan maksimal 20 persen. Menurut Jeffry, saat ini kepemilikan saham Asabri berada di atas batasan maksimal tersebut dan batasan kualitatif lainnya, sehingga harus terdapat langkah pengurangan porsi saham.
Akan seperti apa manuver Asabri setelah keluar dari BBYB? Pembahasannya dapat Anda baca di sini.
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021)./Bisnis-Arief Hermawan P
3. Catat Kerugian, Prospek Saham BBYB Masih Menarik?
Terlepas dari kepergian Asabri dari struktur pemegang saham, secara kinerja keuangan, BBYB juga dalam sorotan. Ini menyusul kerugian Rp132,8 miliar yang dibukukan perusahaan pada semester I/2021.
Kinerja rugi tersebut berbalik dari rapor laba Rp19,32 miliar yang masih bisa diraih perusahaan sepanjang semester I/2021.
Pendapatan bunga bersih BBYB sebenarnya naik 21,4 persen secara tahunan, dari Rp92,83 miliar menjadi Rp112,75 miliar. Pendapatan operasional lainnya pun tercatat tumbuh positif 17,3 persen, dari Rp27,04 miliar menjadi Rp31,69 miliar. Peningkatan tersebut utamanya didapat dari bisnis komisi dan provisi.
Namun, beban operasional meningkat tajam hingga 176 persen secara yoy, menjadi Rp277 miliar pada paruh pertama tahun ini. Secara rinci, kenaikan beban operasional disumbang dari beban tenaga kerja yang naik 54,54 persen secara tahunan menjadi 60,21 miliar.
Sementra itu, beban administrasi dan umum naik 91,88 persen secara tahunan menjadi Rp85,60 miliar. Selanutnya, beban pemasaran bahkan terkerek 17,84 kali menjadi Rp104,76 miliar. Kerugian bersih penurunan nilai aset pun tercatat naik 2,44 kali secara tahunan menjadi Rp26,44 miliar pada tengah tahun ini.
Pembahasan tentang nasib dan prospek saham BBYB dapat dibaca di sini.
Terdakwa Direktur Utama PT Hanson Internasional Tbk Benny Tjokrosaputro berjalan saat mengikuti sidang lanjutan kasus korupsi pengelolaan keuangan dan dana investasi PT Asuransi Jiwasraya di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (7/9/2020)./ANTARA FOTO-M Risyal Hidayat
4. Nasib RIMO dan MYRX Tersangkut Kakak Beradik Tjokrosaputro
Dua tahun lalu, pengusaha yang juga investor saham Benny Tjokrosaputro mungkin tak pernah mengira petualangannya di pasar modal berakhir di meja hijau. Kini, giliran sang adik yaitu Teddy Tjokrosaputro yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi Asabri.
Pada Kamis (26/8/2021), Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung (Kejagung) Leonard Eben Ezer Simanjuntak mengatakan Teddy, yang masih menjabat sebagai Direktur Utama PT Rimo Internasional Lestari Tbk. (RIMO), diduga turut serta bersama Benny Tjokro mencuci uang hasil tindak pidana korupsi Asabri. Sejak tanggal tersebut, Teddy ditahan di Rumah Tahanan Salemba cabang Kejaksaan Agung untuk kepentingan proses penyidikan.
Bagaimana nasib saham-saham emiten yang terafiliasi dengan kedua kakak beradik itu, selanjutnya dibahas di sini.